Liputan6.com, Manila - Setelah mendapat hibah senjata dari China, kini Filipina menerima kiriman senjata dan amunisi dari Rusia. Presiden Rodrigo Duterte menyambut pemberian ini secara pribadi saat ia melakukan tur ke kapal perusak Admiral Panteleyev yang tengah berlabuh di Manila.
Seperti dikutip dari Russia Today pada Rabu (25/10/2017), orang nomor satu di Filipina itu mengawasi transfer sekitar 5.000 senapan serbu Kalashnikov dan kurang lebih satu juta amunisi yang disumbangkan Rusia sebagai bagian dari babak baru hubungan kedua negara.
Selain mengirimkan senjata dan amunisi, Negeri Beruang Merah juga menyumbangkan 20 truk militer untuk Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Dalam kesempatan tersebut, Duterte juga menandatangani "sertifikat donasi".
Advertisement
Kapal perusak Admiral Panteleyev hanyalah salah satu kapal dari armada pasifik Rusia yang berlabuh di Filipina. Admiral Panteleyev dijadwalkan akan bersandar selama enam hari di Manila.
Baca Juga
Ini merupakan kunjungan angkatan laut ketiga ke Filipina sejak Duterte mulai menjabat pada Juni 2016. Selama masa kepresidenannya, pria berusia 72 tahun tersebut telah berulang kali mengumumkan akan mengalihkan ketergantungan militer dari Amerika Serikat ke China dan Rusia.
Kedatangan kapal penghancur kapal selam kelas Udaloy dan Admiral Panteleyev serta kapal tanker Boris Butoma bertepatan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu yang mendarat pada hari Senin di Filipina. Shoigu ambil bagian dalam pertemuan Menteri Pertahanan se-ASEAN.
Dan pada Selasa waktu setempat, Shoigu dan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menandatangani sebuah kesepakatan mengenai kerja sama militer dan teknis. Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Filipina (DND), dokumen tersebut memuat ketentuan mengenai berbagai bidang kerja sama militer dan teknis.
Hibah Senjata dari China
China menghadiahkan 3.000 senapan serbu ke Filipina. Pengiriman senjata untuk kedua kalinya dalam tahun ini merupakan penanda "hubungan bersahabat dan kooperatif" antara kedua negara seiring dengan upaya Presiden Rodrigo Duterte merapat ke Tiongkok.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan bahwa senjata pemberian China tersebut seharusnya diperuntukkan bagi militer. Namun, Duterte merasa pihak kepolisian lebih membutuhkannya.
"Kami beruntung bahwa pemerintah China memberikan senjata api," tutur Lorenzana dalam sebuah konferensi pers yang digelar pada Kamis waktu Manila, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Penyerahan ribuan senjata di Kamp Aguinaldo tersebut diwakili oleh Duta Besar China untuk Filipina, Zhao Jianhua. Sang diplomat menjelaskan, negaranya telah memberikan bantuan militer dan bencana sekitar US$ 300 juta ke Filipina selama satu tahun belakangan.
"China akan terus memberikan bantuan dan hibah. China adalah teman yang tulus dan mitra yang tulus kepada Filipina dan akan terus begitu selamanya," ungkap Zhao, seperti dilansir South China Morning Post.
Senjata pemberian China tersebut diperkirakan bernilai sekitar US$ 3,3 juta. Dan seluruhnya akan diperuntukkan bagi Kepolisian Nasional Filipina (PNP) menyusul terjadi kekurangan senjata setelah AS memblokade penjualan 26 ribu senjata jenis M4 tahun lalu.
Blokade penjualan senjata tersebut terjadi di tengah kekhawatiran AS terkait dugaan pelanggaran HAM dalam perang melawan narkoba yang dilancarkan Duterte.
Duterte yang cukup kritis terhadap aliansi Filipina-AS sangat ingin mengembangkan hubungan perdagangan dan politik yang lebih erat dengan China.
Advertisement