Liputan6.com, Den Haag - Beberapa waktu lalu, konferensi pers pameran Kingdoms of the Sea Archipel yang dimoderatori oleh Walikota Liege, Belgia Willy Demeyer diselanggarakan.
Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa narasumber dari pihak Indonesia yaitu Intan Mardiana, mantan Direktur Museum Nasional dan Singgih Tri Sulistiono, peneliti sejarah maritim Indonesia dari Universitas Diponegoro Semarang.
Sementara itu, dari pihak Belgia hadir pula Dirk Vermaelen, koordinator kurator Europalia International dan Pierre Yves Manguin, konsultan peneliti arkeologi dari Ecole Francaise d’extreme Orient.
Advertisement
Dalam konferensi pers tersebut, disampaikan bahwa pameran bertajuk Kingdoms of the Sea Archipel akan diselenggarakan di Museum La Boverie di Liege dari tanggal 25 Oktober hingga 21 Januari 2018. Demikian dikutip dari keterangan media KBRI Den Haag.
Sebanyak 248 artefaks dari koleksi Museum Nasional dan beberapa museum provinsi antara lain dari Museum di Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jambi dan Bali telah dibawa langsung untuk ditampilkan pada pameran yang merupakan salah satu pameran utama dari rangkaian event Festival Europalia Indonesia.
Baca Juga
Pameran dengan tema maritim ini menjadi event yang penting dengan latar belakang bahwa sejarah dan peradaban bangsa Indonesia selalu lekat dan tidak lepas dari budaya maritim yang merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Sebuah kapal telah dibangun langsung di museum ini, kapal Padewakang yang dibangun oleh para pembuat kapal tradisional yang didatangkan dari Sulawesi.
Kapal Padewakang dipilih sebagai ikon budaya maritim di museum tersebut karena merupakan cikal bakal dari kapal Pinisi yang telah dikenal luas.
Padewakang adalah kapal tradisional hasil budaya maritim Indonesia sebelum akhirnya berkembang oleh pengaruh modern yaitu kapal yang menggunakan mesin.
Kapal dengan ukuran panjang 11 meter, tinggi tujuh meter dan lebar empat meter ini dibangun di Museum La Boverie dan merupakan kapal ketiga yang dibuat untuk ditampilkan di luar Indonesia setelah dua kapal sebelumnya dibangun dan dilayarkan ke Australia.
Pameran ini bertujuan untuk menggambarkan warisan sejarah maritim yang tersebar di seluruh Indonesia. Acara pameran akan dibagi menjadi beberapa tahap sejarah maritim dari ancient period (3000 SM hingga awal Masehi), pre-modern period (awal Masehi hingga abad ke-16), early modern period (abad 16-18 M) hingga modern period (abad 18 hingga sekarang).
Pada tahap pertama dari pintu masuk pameran, ditampilkan berbagai hasil pameran dari masa Austronesia yang menampilkan benda-benda seni dari batu dan perunggu, hasil pertukaran diaspora dari Austronesia dan Melanesia.
Bentuk-bentuk budaya ditampilkan seperti kapal, penggalan lukisan dari dinding gua, seni dari batu, nekara, moko dan lainnya.
Masa pre-modern yang merupakan kelanjutan ekspansi budaya maritim merupakan hasil interaksi dengan datangnya pedagang dari India. Pada masa ini terjadi akulturasi budaya.
Kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram menjadi bagian dari akulturasi pada periode ini.
Benda budaya yang ditampilkan dari periode ini berupa kapal, patung, musik, peta-peta kuno, prasasti dari kerajaan-kerajaan tersebut.
Masa early modern period yang dipengaruhi oleh interaksi dengan pedagang dari China menampilkan berbagai bentuk budaya seperti keramik, sutra, porselain dan arsitektur.
Lebih ke dalam area pameran akan ditampilkan masa early modern period yang dipengaruhi oleh interaksi dengan bangsa-bangsa Eropa lewat jalur perdagangan bumbu. Kota-kota utama di Indonesia yang menjadi pusat yang merekam interaksi ini yaitu Aceh, Banten, Banjarmasin, Ternate, Tidore, Palembang menjadi tempat-tempat yang banyak ditemukan warisan sejarah maritim.
Sebagai negara kepulauan dengan 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, pameran maritim menjadi sebuah kesempatan penting untuk menampilkan identitas bangsa Indonesia yang penting dan lama terlupakan.
Pameran di Museum La Boverie Liege merupakan bagian kerja sama kedua keberadaan kapal Padewakang juga menjadi daya tarik tersendiri pada pameran ini karena nilai sejarah dan keunikan kapal ini menjadi suatu hal yang baru di Eropa yang telah mengambil bagian dalam pembentukan sejarah maritim Indonesia.