Sukses

UNICEF: Anak-Anak Pengungsi Rohingya Terancam Gizi Buruk

PBB sendiri tak mengetahui tingkat malnutrisi atau gizi buruk yang terjadi. Oleh karena itu, survei nutrisi sedang berlangsung.

Liputan6.com, Dhaka - The United Nations Children's Fund is a United Nations (UNICEF) yang berfokus pada urusan kemanusian dan anak-anak dunia memperingatkan adanya malnutrisi yang dapat mengancam pengungsi Rohingya, terutama anak di bawah umur.

Malnutrisi adalah kondisi medis serius pada seseorang akibat tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Atau dengan kata lain mengalami gizi buruk.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (31/10/2017), kondisi ini dapat menjadi ancaman yang serius karena banyaknya angka anak-anak yang mengungsi dari Rakhine menuju Cox's Bazar, Bangladesh.

PBB sendiri tak mengetahui tingkat malnutrisi atau gizi buruk yang terjadi. Oleh karena itu, Juru Bicara UNICEF Marixie Mercado mengatakan, survei nutrisi sedang berlangsung dan akan menghasilkan data penting pada November 2017.

"Hal yang dapat berpotensi menimbulkan bencana bagi anak-anak di pengungsian adalah masalah malnutrisi, buruknya sanitasi dan penyakit-penyakit lain," ujar Mercado.

Lebih dari 600 pengungsi Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017. Hal itu dilakukan untuk menghindari kekerasan dan persekusi di negara bagian Rakhine.

Mercado mengatakan, UNICEF tengah menyaring beberapa ratus anak yang terjebak di perbatasan pada arus pengungsian pertengahan Oktober.

Dari sana ia mengatakan, puluhan anak ditemukan menderita kekurangan gizi yang parah dan memerlukan perawatan segera, guna menyalamatkan jiwa mereka.

Mercado juga mengatakan bahwa penyebaran penyakit menular juga menjadi keprihatinan. Ia menyebut kasus campak telah dilaporkan merebak di antara anak-anak yang bermukim di sana.

 

2 dari 2 halaman

Anak-Anak Rohingya Menjadi Saksi 'Neraka di Bumi'

Badan PBB untuk Urusan Anak (UNICEF) menyatakan, mayoritas Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar adalah anak dibawah umur. Saat ini total jumlah pengungsi sudah mencapai 600 ribu orang.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, bahkan UNICEF menyebut anak-anak pengungsi Rohingya telah menyaksikan 'neraka di Bumi', dalam arti yang sesungguhnya.

Badan PBB juga mengeluarkan laporan tentang nasib anak-anak Rohingya yang jumlahnya mencapai 58 persen dari pengungsi yang mengalir ke Cox’s Bazar di Bangladesh selama delapan pekan terakhir.

Dalam laporan yang ditulis oleh seorang reporter bernama Simon Ingram, satu dari lima anak di sana mengalami kekurangan gizi akut.

Laporan itu dikeluarkan menjelang konferensi donor di Jenewa, yang akan diselenggarakan pada 23 Oktober 2017. Tujuannya untuk menggalang bantuan dana internasional bagi pengungsi Rohingya.

"Banyak pengungsi anak Rohingya di Bangladesh telah menyaksikan berbagai kekejaman di Myanmar yang seharusnya tidak mereka pernah lihat dan mereka sudah sangat menderita" kata Direktur Eksekutif UNICEF, Anthony Lake.

Mereka sekarang membutuhkan air bersih, makanan, sanitasi, tempat berteduh dan vaksin untuk mencegah kemungkinan munculnya wabah Kolera yang menyebar dari air yang kurang bersih.

Lembaga kemanusiaan PBB memerlukan 434 juta dolar untuk pengungsi Rohingya.