Liputan6.com, Jakarta Sepak terjang Korea Utara kembali menjadi pusat perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global pada Selasa (31/10/2017) pagi. Selain percobaan-percobaan rudal, negeri terpencil itu dilaporkan sedang menggagas penggunaan 'racun setan' untuk bahan bakar sistem rudal mereka.
Keberadaan benda angkasa tak dikenal juga menyedot perhatian pembaca. NASA tidak yakin apakah benda tersebut merupakan sebuah komet atau asteroid. Benda itu telah memasuki tata surya, berbahaya atau tidak?
Baca Juga
Terkakhir, artikel tentang perbudakan zaman modern juga menarik perhatian pembaca. Industri fashion Australia didesak untuk mengakhiri eksploitasi buruh yang sebagian besar pekerjanya berasal dari luar negeri.
Advertisement
Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:
Â
Â
1. Korut Ciptakan 'Racun Setan' untuk Perkuat Program Misilnya?
Korea Utara dikabarkan tengah memproduksi sendiri bahan bakar roket yang mereka miliki. Menurut sebuah laporan, bahan bakar bernama 'racun setan' itu untuk memperkuat program misil Korut.
Dikutip dari The Independent pada Senin 30 Oktober 2017, bahan bakar yang dimaksud adalah Unsyimmetrical di-methyl-hydrazine (UDMH).
UDMH adalah bahan bakar cair yang digunakan untuk menyalakan rudal balistik antar benua (ICBM) dan sistem rudal balistik jarak menengah (IRBM).
Diperkirakan bahwa negara yang tertutup itu mengandalkan impor bahan bakar UDMH dari Rusia dan China.
Â
2. Misteri Benda dari 'Dunia Alien' Masuk ke Tata Surya, Berbahaya?
Sebulan yang lalu, astronom menemukan sebuah benda misterius yang keberadaannya tertangkap teleskop Pan-STARRS 1 di Hawaii. Hingga kini, para ilmuwan di seluruh dunia mencoba untuk melacak benda kecil yang bergerak cepat dan melintasi sistem tata surya kita itu.
NASA tidak yakin apakah benda tersebut merupakan sebuah komet atau asteroid. Badan Antariksa Amerika Serikat itu bahkan tak tahu dari mana asalnya, seperti dari "dunia alien".
Namun, perilaku objek tersebut tak seperti bebatuan yang ada di tata surya kita. Hal itu menimbulkan dugaan bahwa benda yang dijuluki A/2017 U1 -- nama sebelumnya C/2017 U1 -- berasal dari luar tata surya kita.
Â
3. Industri Fashion Australia Didesak Akhiri Eksploitasi Buruh di LN
Industri fashion Australia didesak untuk mengakhiri eksploitasi buruh yang sebagian besar pekerjanya berasal dari luar negeri. Protes tersebut berawal dari laporan sebuah organisasi nonprofit bernama Oxfam Australia.
Dikutip dari laman ABC Australian Plus, Senin (30/10/2017), para pekerja pembuat pakaian yang sebagian buruh asal Bangladesh diupah begitu rendah.
Hanya sekitar 39 sen dolar Australia atau setara dengan Rp 4.000 per jam.
Sebuah perusahaan konsultan bernama Deloitte Access Economics dilibatkan oleh Oxfam untuk menganalisis rantai pasokan garmen Australia dan menghitung proporsi biaya dan keuntungan yang didapat perusahaan pakaian.