Liputan6.com, Oxford - Saat mendengar kata "alien", sebagian besar orang mungkin membayangkan makhluk angkasa luar dengan bentuk fisiknya yang khas, seperti berbadan besar, bermata bulat tajam, dan berkulit hijau.
Atau ada pula yang membayangkan alien seperti sebuah impresi klasik yang terbentuk dari film sains-ilmiah garapan Hollywood.
Dari berbagai film tersebut, ada pula yang menggambarkan alien menyerupai manusia.
Advertisement
Namun, bagaimana bila ternyata alien benar-benar memiliki bentuk fisik yang sama seperti manusia?
Hal itulah yang coba diungkap sebuah penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti dari Oxford University, Inggris. Demikian seperti dikutip dari Dailymail.co.uk, Kamis (2/11/2017).
Penelitian itu mengungkap adanya kemungkinan alien dapat menyerupai manusia. Tim peneliti menunjukkan bagaimana Teori Evolusi yang dicetuskan Charles Darwin dapat turut digunakan untuk menelaah bentuk fisik makhluk angkasa luar yang biasa disebut alien.
Baca Juga
Bekal Teori Evolusi tadi menguatkan argumen bahwa kehidupan di alam semesta ini terbentuk dari proses seleksi alam dan semakin berkembang dari waktu ke waktu seperti yang kita alami sebagai manusia.
Sam Levin selaku pemimpin penelitian berkata, salah satu tugas utama dari studi Astrobiologi (studi Biologi yang mengkaji tentang kehidupan di angkasa luar) adalah mengungkap seperti apa rupa makhluk angkasa luar.
"Namun, membuat prediksi seperti apa alien itu adalah hal yang sulit, karena kita hanya memiliki satu contoh bentuk kehidupan, yaitu kehidupan yang ada di Bumi ini," ucap Levin.
Prediksi Ilmuwan tentang Wujud Alien
Sam Levin juga membuat sebuah analisis yang memprediksi wujud dari alien -- jika mereka memang benar-benar ada.
"Kita tidak dapat terus menyebut bahwa alien berjalan dengan dua kaki atau bermata hijau besar. Itu karena, Teori Evolusi menawarkan sebuah cara baru yang unik untuk mengungkap bagaimana wujud dari alien," kata Levin.
"Kita memprediksi bahwa alien telah mengalami sebuah proses transisi besar, yang dapat menyebabkan mereka berevolusi sehingga memiliki bentuk fisik yang menyerupai manusia," ia menambahkan.
Ilmuwan dari Oxford University itu melanjutkan, "Kita memperkirakan mereka berasal dari sebuah hierarki entitas yang saling bersinggungan untuk selanjutnya membentuk sebuah wujud yang selama ini dianggap sebagai alien.
"Pada setiap tingkatan organisme akan ada mekanisme untuk meredakan konflik, menjalin kerja sama, hingga menjaga keutuhan organisme agar terus bertahan."
Tim peneliti secara lebih lanjut membuka sebuah kemungkinan tentang terdapatnya ratusan hingga ribuan planet di galaksi ini yang layak dihuni manusia.
Penelitian Levin dan rekan ditutup dengan sebuah kesimpulan, bahwa mereka telah membuat sebuah langkah kecil demi mengungkap seperti apa rupa "tetangga" kita di belahan galaksi lain.
Advertisement
Bukan dari Angkasa Luar, Alien Bermukim di Dasar Samudra?
Beberapa ilmuwan berpendapat kemungkinan besar ada peradaban alien jauh di ruang angkasa. Tapi mengapa kita belum menemukannya?
Pertanyaan itu belum terjawab, sekarang muncul dugaan dari seorang mantan ilmuwan NASA.
Menurutnya, makhluk-makhluk extraterrestrial (ET) belum melakukan kontak dengan Bumi karena mereka mungkin tinggal di dasar lautan di dunia perairan yang jauh di bawah sana.
Dikutip dari The Sun, Kamis, 26 Oktober 2017, ilmuwan Alan Stern sekarang bekerja di Southwest Research Institute di negara bagian Texas.
Pendapat itu dilontarkannya melalui pidato dalam acara Division for Planetary Sciences 2017 pada Oktober lalu ketika membahas fenomena Paradoks Fermi.
Paradoks yang dimaksud dikemukakan oleh ilmuwan Enrico Fermi pada 1950-an. Isinya mempertanyakan mengapa kita belum menemukan alien walaupun sangat mungkin mereka ada di suatu tempat dalam semesta raksasa ini.
Stern menulis, "Ada banyak penjelasan yang mungkin (tentang paradoks ini) yang telah diajukan."
"Kami mengajukan penjelasan lain, yaitu bahwa kebanyakan dunia-dunia yang memiliki biologi dan peradaban adalah dunia dasar samudra."
Alien merasa nyaman dalam kehidupannya seandainya mereka tinggal di dasar samudra, karena air di atasnya melindungi mereka dari ledakan bintang-bintang, semburan radiasi angkasa, atau bencana alam lainnya.
Namun demikian, Stern menduga bahwa dunia bawah air itu dingin sekali. Artinya, alien tinggal di bawah suatu kerak es tebal sehingga tidak mungkin kita melakukan kontak dengan mereka.
Ia menambahkan, "Dunia peraturan secara alamiah memutus komunikasi karena interior alamiahnya di bawah lapisan tebal es atau campuran batu dan es."
Para pengamat angkasa luar menduga mayoritas dunia layak huni di semesta kemungkinan besar berada di bawah air. Dengan demikian, makhluk-makhluk yang tinggal di sana kemungkinan besar lebih mirip ikan daripada manusia.