Liputan6.com, Kairo - Misteri bukan menjadi hal aneh bagi Piramida Agung Giza. Selama berabad-abad, para ilmuwan dan arkeolog telah mencoba menemukan apa yang terdapat di dalam piramida terbesar dan tertua di Mesir itu.
Sebelumnya, ditemukan tiga ruangan di dalam Piramida Agung, yakni kamar Raja, sebuah kamar yang lebih kecil untuk Ratu, dan lorong yang disebut Grand Gallery.
Dalam upaya menguak misteri itu, kelompok ilmuwan internasional telah menggunakan teknologi untuk memvisualisasikan bagian dalam piramida. Mereka berharap, penemuan itu dapat membantu mereka memahami lebih bagaimana piramida itu dibangun.
Advertisement
Baca Juga
Mereka bekerja dengan ScanPyramids, sebuah misi di bawah Heritage, Innovation and Preservation Institute (HIP) Prancis, Fakultas Teknik Universitas Kairo, dan Kementerian Purbakala Mesir.
Dikutip dari CNN, Jumat (3/11/2017), kelompok tersebut menggunakan teknik fisika yang memungkinkan mereka melacak partikel muon -- partikel kosmik yang secara permanen dan alami menghujani Bumi, yang mampu menembus bahan yang sangat dalam.
Ketika partikel tersebut jatuh melalui material yang berbeda, mereka akan kehilangan energi, menyebabkannya melambat dan membusuk.
Dengan menggunakan pemindai, para ilmuwan dapat menghitung jumlah muon yang melintasi piramida. Dengan demikian, setiap adanya ruang kosong di piramida, maka akan terdapat lebih banyak muon yang tertangkap oleh pemindai.
Para peneliti menemukan muon dalam jumlah besar saat meletakkan pemindainya di ruang Ratu. Hal itu membuat para ilmuwan memprediksi bahwa terdapat ruang kosong berada di atas kamar tersebut.
Untuk memastikan, sejumlah tim fisika mengulangi perhitungan sebanyak tiga kali. Setiap kali dilakukan, hasilnya sama.
Ruang kosong itu diperkirakan berbentuk horizontal atau miring seperti Grand Gallery. Tujuan dibuatnya ruangan itu pun belum jelas.
Piramida Agung Tak Boleh Disentuh
Para ilmuwan saat ini tidak memiliki rencana untuk menggunakan teknik intrusive -- seperti mengebor lubang di bebatuan dan memasukkan kamera -- untuk mencari tahu jawaban itu.
"Ini adalah Piramida Agung, kami tidak dapat menyentuhnya," ujar Juru Bicara Kementerian Purbakala Mesir, Mohamed Ismail.
Namun, kementerian ingin peneliti lain mengajukan proposal untuk menggunakan teknik yang berbeda atau lebih canggih untuk memverifikasi penemuan itu.
Dilarangnya penggunaan teknik intrusive dimaksudkan untuk mencegah kerusakan piramida, bangunan yang memiliki tinggi 139 meter dan dibangun oleh Firaun Khufu sekitar 4.500 tahun lalu.
Ismail berharap bahwa penelitian yang telah dipublikasi akan memicu perdebatan ilmiah tentang tujuan adanya ruang kosong itu dan benda yang ada di dalam. Namun, ia tak menyetujui teori adanya Grand Gallery atau ruang penguburan lain.
"Tidak ada bukti ilmiah, arkeologi, atau sejarah yang membenarkan ini," ujar Ismail.
"Jika ada ruangan penguburan lain, pasti akan ada ruang masuknya," imbuh dia.
Advertisement