Sukses

4-11-1922: Gerbang Makam Tutankhamun dan Kutukan Firaun

Pintu makam Tutankhamun ditemukan... inikah awal dari segala kutukan dan bencana?

Liputan6.com, Kairo - Hari ini, pada 4 November 1922, arkeolog Inggris Howard Carter dan para pekerjanya menemukan sebuah anak tangga yang belakangan disebut Lembah Para Firaun (Valley of the Kings).

Itu bukan anak tangga biasa. Melainkan pijakan menuju pintu ke makam Raja Tutankhamun.

Ketika Carter pertama kali tiba di Mesir pada tahun 1891, sebagian besar makam Mesir kuno telah ditemukan. Namun, hanya sedikit informasi tentang Raja Tutankhamun yang dapat diketahui. Kuburan penguasa yang telah meninggal saat berusia 18 tahun, masih belum ditemukan.

Anak-anak tangga itu menuju ruang pemakaman yang tersembunyi di puing-puing dekat pintu masuk makam terdekat, yakni Raja Ramses VI. Tak disangka di situlah Tutankhamun dikebumikan. 

"Sekitar pukul 10 pagi saya menemukan anak tangga yang ternyata pimtu masuk makam Tutankhamun, " tulis Carter dalam bukunya Tutankhamun: Anatomy of an Excavation, Howard Carter's diaries and journals.

"Temuan ini adalah awal dari penggalian curam batuan menuju makam Tut. Sekitar empat meter di bawah pintu masuk makam Ramses VI. Dan, anak tangga itu mencekung, penuh dengan puing-puing." Demikian seperti dikutip dari History.com, (4/11/2017).

Awal dari Segala Kutukan?

Tak lama setelah gerbang ditemukan. Para arkeolog dan pekerja mulai menggali. Butuh waktu lebih dari 20 hari menuju makam Tutankhamun.

Pada tanggal 26 November 1922, Carter dan arkeolog Lord Carnarvon memasuki ruang dalam makam. Mereka terpesona menemukan sarkofagus Raja Tutankhamun dan barang-barang peninggalannya masih utuh.

Namun, bukan saja topeng emas dan mumi yang masih utuh, melainkan kisah menarik yang menyeruk seperti kutukan yang mengancam siapapun yang berani mengusik tidur panjang sang firaun.

Carter dan tim arkeolog menemukan satu set trompet yang terbuat dari kayu, perak, dan perunggu -- dua yang terakhir ditemukan utuh.

Lebih dari 3.000 tahun, trompet-trompet itu terbaring membisu di Lembah Para Firaun atau Valley of the Kings, di dekat mumi penguasa yang mati muda.

Kedua terompet yang utuh itu dihias dengan penggambaran dewa Mesir -- yang terkait dengan aksi militer.

Suara salah satu terompet pernah direkam pada 1939 oleh BBC Radio -- sehingga seluruh orang di dunia bisa mendengar instrumen kuno itu.

Kala itu, badan urusan purbakala Mesir atau Egyptian Antiquities Service meyakinkan BBC, untuk menyiarkan suara salah satu trompet kuno -- sehingga 150 juta pendengar radio di seluruh dunia bisa mencicipi pengalaman kembali ke masa Mesir Kuno pada Minggu malam itu.

Pria yang bertugas memandu acara adalah Rex Keating, tokoh terkemuka dalam dunia radio kala itu.

Sebelumnya, Rex mewawancarai Alfred Lucas, anggota tim Howard Carter dalam ekskavasi artefak dari makam Tutankhamun pada 1922 -- tujuh tahun sebelumnya

Lima menit sebelum ia memainkan trompet, lampu di museum di Kairo, tempat sangkakala itu disiarkan mendadak padam.

Rex bahkan harus membaca naskah diterangi temaram cahaya lilin. Saat suara trompet akhirnya membahana -- yang dilantunkan seorang musisi James Tappern--pendengarnya pun terpesona.

Putra, James Tappern, Peter mengingat bagaimana peristiwa bersejarah itu jadi bagian masa kecilnya. Dikisahkan berulang bak dongeng.

"Ayahku sesungguhnya sangat bangga," kata dia, seperti dikutip dari BBC.

Beberapa bulan setelah alat musik tersebut dibunyikan, Perang Dunia II pecah -- yang kemudian melatarbelakangi legenda bahwa trompet Firaun Tutankhamun punya kekuatan magis memicu pertempuran juga konflik.

Selain gerbang Tutankhamun, peristiwa bersejarah juga terjadi pada tanggal ini.  Pada 2008, Barack Obama terpilih menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat. Ia adalah pria keturunan Afrika pertama yang jadi orang nomor satu di Gedung Putih.

Sementara, pada 1995, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin terluka parah akibat tembakan tiga kali yang diletuskan Yigal Amir. Rabin ditembak sesaat setelah dia meninggalkan kampanye damai di Tel Aviv. Dia sempat di bawa ke rumah sakit tapi tewas tak lama kemudian.

Nahas juga menimpa Perdana Menteri Jepang, Hara Takashi tewas dibunuh di Stasiun Tokyo. Ia ditikam oleh petugas rel kereta Nakaoka Kon'ichi.