Sukses

11 Pangeran Arab Saudi Ditahan di Hotel Mewah Ini?

Ditangkap dalam kasus korupsi, 11 pangeran dan sejumlah pejabat Arab Saudi diberikan fasilitas yang berbeda dari tahanan lainnya.

Liputan6.com, Riyadh - Meski baru dibentuk, badan antikorupsi Arab Saudi melakukan penangkapan besar-besaran. Puluhan pejabat tinggi negara yang diduga terlibat korupsi ditahan. Total, ada 49 orang, termasuk 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan anggota kabinet.

Penangkapan dilakukan di ibu kota negara, Riyadh, pada Minggu dini hari waktu setempat.

Dilansir dari The Telegraph (4/11/2017), penahanan dilakukan hanya hitungan jam setelah badan antikorupsi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman diresmikan. Menariknya, orang-orang dalam Kerajaan Arab Saudi juga ikut terjaring. 

Banyak nama besar yang ditahan, termasuk Pangeran Alaweed bin Talal, miliarder yang memegang saham utama di News Corp, Citigroup, dan Twitter. Dia juga membawahi jaringan hotel Four Seasons bersama dengan pemilik Microsoft, Bill Gates. Alwaleed merupakan pemilik tunggal dari hotel super mewah, Savoy Hotel London.

Pihak lain yang tertangkap adalah Pangeran Miteb bin Abdullah, anak terakhir dari almarhum Raja Abdullah. Tercatat hingga kemarin, bin Abdullah adalah Kepala Garda Nasional Arab Saudi. Institusi itu menyumbang sekitar setengah dari kekuatan militer negara.

Beberapa nama penting lain juga terlibat di dalamnya, seperti Ibrahim al-Assaf (mantan Menteri Keuangan), Adel Fakieh (Menteri Ekonomi), Pangeran Turki bin Abdullah (mantan Gubernur Riyadh), Bakr bin Laden (ketua perusahaan konstruksi Saudi Binladin Group), dan seorang pemilik dari jaringan televisi MBC.

Lalu bagaimana nasib selanjutnya dari tokoh-tokoh tadi sebagai seorang tahanan?

Dikutip dari laman media berbahasa Belanda De Telegraaf (6/11/2017), mereka dilaporkan 'ditahan' di Ritz-Carlton Hotel, Riyadh.

Itu adalah hotel mewah, yang memiliki fasilitas enam restoran, sebuah kolam renang dalam ruangan, dan kamar mewah. 

Namun, menurut laporan, para tahanan elite itu tidak diberikan wifi. Hal itu dilakukan untuk membatasi interaksi mereka dengan dunia luar.

Tamu lainnya diberi pengumuman untuk segera meninggalkan hotel besar di kota Riyadh itu. Semua kamar di sana dinyatakan telah 'sold out' untuk minggu-minggu selanjutnya.

Sebelum gelombang penahanan dilakukan, semua pesawat pribadi para tersangka juga telah ditahan demi keamanan.

2 dari 2 halaman

'Konspirasi' di Balik Penahanan?

Penangkapan Alwaleed bin Talal banyak mendapat sorotan publik dunia. Alwaleed adalah cucu dari Raja Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Ia juga dikenal sebagai sosok yang blak-blakan, telah lama memposisikan diri sebagai pembela hak-hak perempuan di Arab Saudi. Alwaleed juga pemilik mayoritas Rotana Group.

Dikutip dari De Telegraaf, ada dugaan penahanan terhadap Alwaleed dilakukan bukan atas tuduhan korupsi, melainkan sebuah upaya Mohamed bin Salman untuk melumpuhkan musuh potensialnya sebelum ia mengambil takhta tertinggi milik sang ayah.

Alwaleed diduga termasuk salah satu 'musuh kuat' tersebut. Ia di masa lalu juga pernah mengecam keras Presiden AS, Donald Trump. Trump dikenal memiliki hubungan 'dekat' dengan Salman.

Meski masih muda, baru 32 tahun, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah lama menjadi tokoh terkemuka dalam politik Saudi. Ia dipandang sebagai pemain kunci di belakang raja.

Ia juga dianggap sebagai sosok pembaharu, dalam standar Arab Saudi.

Sejak pengangkatannya sebagai putra mahkota, beberapa pembatasan yang diberlakukan pada perempuan dilonggarkan. Misalnya soal larangan mengemudi dan menonton pertandingan olahraga.

Mohammed bin Salman bersumpah untuk menghancurkan 'ideologi ekstremis' dalam upaya untuk mengembalikan Arab Saudi ke jalur "Islam yang lebih moderat."