Liputan6.com, Sanaa - Pemberontak Houthi mengatakan bahwa mereka bersedia memberikan suaka politik bagi para pangeran Arab Saudi. Pernyataan ini mencuat beberapa hari setelah Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman melakukan "aksi bersih-bersih" korupsi terbesar dalam sejarah modern negara tersebut.
Seorang sumber yang dekat dengan pimpinan Houthi mengatakan pada Al Jazeera bahwa setiap pangeran Saudi akan disambut hangat di Yaman.
"Kami siap untuk menawarkan perlindungan terhadap anggota keluarga Al Saud atau warga Saudi manapun yang ingin melarikan diri dari penindasan dan penganiayaan," ujar sumber tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (8/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Pihak yang sama menjamin bahwa tawaran tersebut 100 persen tulus dan Houthi tidak tertarik untuk mencari keuntungan politik dari situasi saat ini.
Sebelumnya, pernyataan serupa lebih dulu dinyatakan oleh Presiden Komite Revolusi Houthi Mohammed Ali al-Houthi dan ponakannya Abdel-Malik al-Houthi. Mereka mengungkapkan bahwa setiap target rezim Saudi akan diterima di Yaman.
"Kepada kaum kerabat Al Saud, setiap anggota keluarga penguasa, karyawan atau orang yang merasa ditargetkan oleh rezim -- kami siap menyambut Anda dengan tangan terbuka untuk tinggal bersama sebagai saudara yang sama-sama tertindas," demikian twit Mohammed Ali al-Houthi pada 5 November lalu.
Aksi 'Bersih-Bersih' yang Kontroversial
Akhir pekan lalu, Komite Antikorupsi pimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menangkap 11 pangeran, empat menteri dan sejumlah mantan menteri. Langkah ini dipandang sebagai tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengguncang kerajaan tersebut.
Mereka yang ditahan karena diduga korupsi termasuk Pangeran Alwaleed bin Talal. Ia merupakan investor internasional terkemuka dan masuk daftar orang terkaya di dunia.
"Guncangan" besar di Kerajaan Arab Saudi ini terjadi beberapa bulan setelah pergantian putra mahkota dari Pangeran Mohammed bin Nayef ke Pangeran Mohammed bin Salman.
Meski pemerintah Saudi menggambarkan penangkapan sejumlah pangeran dan tokoh sebagai upaya memberantas korupsi, namun tak sedikit yang menilai bahwa hal itu merupaya upaya pembersihan politik demi memperkuat posisi Pangeran Mohammed bin Salman.
Aksi bersih-bersih ini dikabarkan belum berhenti dan akan meluas.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman dianggap paling bertanggung jawab atas perang di Yaman yang telah menewaskan 10 ribu orang dan melukai 40 ribu lainnya. Selain itu, perang membuat negara itu berada pada ambang kelaparan darurat kolera menyusul sejauh ini telah 500 ribu orang telah terjangkit penyakit tersebut.
Perang Yaman terjadi antara dua pihak yang masing-masing mengklaim sebagai pemerintah yang sah. Pihak pertama mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dan berbasis di Aden, inilah kubu yang didukung sekutu pimpinan Saudi.
Sementara itu, pihak kedua adalah kelompok Houthi yang disokong mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dengan dibantu sekutunya, Iran.
Advertisement