Liputan6.com, Yerusalem - Polisi Israel menggerebek Taman Kanak-kanak Zahwa al-Quds yang berada di Yerusalem Timur. Sekolah tersebut didatangi karena dianggap tidak mengikuti kurikulum pendidikan yang diterapkan Israel.Â
Zahwa al-Quds adalah sebuah sekolah swasta yang berlokasi di Beit Hanina, Yerusalem Timur, dan memiliki 90 murid dengan rentang umur antara tiga sampai sembilan tahun.
Baca Juga
Dilansir dari laman Al Jazeera pada Selasa (7/11/2017), Ola Nini yang merupakan guru mengatakan, beberapa petugas polisi tak bersenjata dan berpakaian rapi datang memasuki sekolah bersama petugas pemerintahan kota Yerusalem. Mereka tiba pagi ketika pembelajaran jam pertama sedang berlangsung.
Advertisement
Nini menyebutkan, petugas menelusuri kelas dan meminta kartu identitas milik guru, untuk seterusnya mencatat nama mereka dan memfotokopi kartu tersebut.
Ziad al-Shamali selaku Ketua Komite Orang Tua Murid menjelaskan, petugas menyita telepon dan menghapus rekaman CCTV.Â
Akibat penggerebekan itu, para siswa menjadi sangat ketakutan, hingga salah seorang anak sampai kencing di celana.
"Petugas yang datang mulai menanyai para murid tentang buku apa saja yang mereka baca, sambil mengambil foto dari buku tersebut." Petugas juga mulai masuk secara paksa ke dalam kantor kepala sekolah, menyita slip gaji guru dan surat-surat sekolah dari laci meja," ujar Nini.
Selama penggerebekan, wakil kepala sekolah dan tiga guru dibawa ke kantor polisi sebagai tahanan oleh Israel. Mereka dibebaskan Senin malam.
Pemerintah Kota Yerusalem membantah pihaknya terlibat dalam peristiwa penggerebekan itu, sementara kepolisian Yerusalem menolak berkomentar.
Â
Takut Untuk Sekolah
Kejadian tadi bukan pertama kalinya Zahwa al-Quds dimasuki oleh pasukan keamanan Israel. Dua petugas polisi bersenjata sempat masuk dan menggeledah sekolah pada bulan September.
Zahwa al-Quds didirikan tahun lalu setelah menerima izin dari pihak pemerintah Israel. Israel mencabut lisensi sekolah itu pada bulan Juli, karena menolak mengikuti kurikulum Israel. Para staf lalu terus melakukan upaya agar sekolah mereka dapat menerapkan ajaran Palestina dari Al-Waqf.
Al-Waqf adalah badan perserikatan Islam yang bertugas menjaga dan memelihara bangunan lama Islam di sekitar Kota Tua Yerusalem, seperti Masjid Al-Aqsa.
Shamali mengatakan, penargetan Israel terhadap sekolahnya merupakan bagian dari rencana untuk memaksa sekolah-sekolah Palestina di Yerusalem Timur mengajarkan kurikulum pembelajaran yang diterapkan Israel.
"Mereka menolak apapun yang diwariskan oleh Palestina. Mereka ingin semua sekolah ditujukan hanya untuk warga Israel. Oleh karena itu, mereka akan terus menyulitkan anak-anak kita untuk dapat belajar," ujarnya.
Tahseen Elayyan, kepala departemen pemantauan dan dokumentasi di al-Haq, sebuah lembaga non-pemerintah untuk hak asasi manusia, membenarkan adanya upaya terus menerus pihak Israel untuk menerapkan sistem pendidikan mereka di sekolah Palestina.
"Tujuan Israel adalah untuk menekan Palestina, terutama karena kurikulum mereka tidak memuat fakta sejarah di tanah ini, seperti kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina pada tahun 1948," ujarnya.
Shamali menambahkan, bahwa siswa Palestina secara tak sadar telah menjadi korban dari 'kebijakan yang dipaksakan', yang diciptakan Israel terhadap sekolah-sekolah Palestina di Yerusalem Timur.
Para keluarga juga menjadi takut untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah yang menerapkan kurikulum Palestina.
"Penggerebekan ini membuat anak-anak takut pergi ke sekolah." Mereka menganggap sekolah sebagai tempat yang buruk dan tak aman untuk dikunjungi, jika terus melihat polisi datang menggerebek sekolah dan menangkap guru mereka," tuturnya.
Â
Advertisement