Sukses

Korea Utara: Donald Trump Harus Disingkirkan dari Kekuasaan

Merespons pidato Trump, Korut menyerukan agar Presiden AS itu digulingkan dari kekuasaan.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara bereaksi atas pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump di hadapan Majelis Nasional Korea.

"AS harus menggulingkan 'orang tua yang gila' itu dari kekuasaan dan menarik kembali kebijakan bermusuhan terhadap Korut sekaligus demi terbebas dari jurang malapetaka," tulis media resmi pemerintah Korut, KCNA, seperti dikutip dari express.co.uk pada Kamis (9/11/2017).

"AS lebih baik membuat pilihan yang tegas...jika tidak menginginkan bencana nuklir yang mengerikan dan malapetaka yang tragis."

Presiden Trump saat ini tengah berada di China setelah sebelumnya menyambangi Jepang dan Korea Selatan sebagai bagian 12 hari perjalanannya ke lima negara di Asia. Di Beijing, ia diprediksi akan mendesak Presiden Xi Jinping untuk berbuat lebih banyak demi menekan Korut agar negara itu meninggalkan program senjata nuklirnya.

Pada hari Rabu waktu Seoul, di hadapan Majelis Nasional Korea, Trump mengatakan, "Saya harap saya tidak hanya bersuara bagi negara kami, namun juga seluruh negara yang beradab, ketika saya sampaikan ke Korut: Jangan remehkan kami, dan jangan main-main dengan kami. Kami tidak akan membiarkan kota-kota di AS terancam hancur. Kami tidak akan terintimidasi."

Dalam kesempatan yang sama, Trump mengimbau seluruh negara untuk meningkatkan tekanan ekonomi dan diplomatik terhadap Korut.

Sementara itu, CNN melansir komentar pejabat Korut yang menyimak pidato Trump di Majelis Nasional Korea.

"Kami tidak peduli dengan apa yang diungkapkan 'anjing gila' itu karena bagi kami sudah cukup," ujar pejabat Korut tersebut.

Pyongyang menuding Trump dan AS meningkatkan ketegangan ke tingkat tertinggi sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953. Maka apa yang disampaikan Trump menurut mereka bukanlah hal penting, terlebih saat ini tiga kelompok kapal induk dan sebuah kapal selam AS berada di Semenanjung Korea.

"Amerika Serikat mengancam kami dengan kapal induk dan pengebom strategis. Mereka menantang kami dengan provokasi paling kejam dan merendahkan, tapi kami akan melawan ancaman tersebut dengan memperkuat keadilan untuk menyingkirkan akar penyebab agresi dan perang," tegas pejabat Korut.

Dalam pernyataan Trump yang disampaikannya saat berada di Seoul, ia memang mengisyaratkan kemungkinan diplomasi untuk menyelesaikan krisis nuklir Korut. Namun, hal itu hanya akan terwujud jika Pyongyang menghentikan tindakan provokatifnya, menyetop pengembangan rudal balistik dan menyetujui denuklirisasi.

Sebagian besar pengamat meyakini bahwa poin terakhir akan sangat ditentang Korut.

"Prospek Korut untuk benar-benar denuklirisasi mendekati nol," ungkap Michael Hayden, mantan Direktur CIA dan NSA. "Mereka tidak irasional dalam hal ini, itu karena mereka telah melihat apa yang terjadi terhadap negara-negara yang meninggalkan program nuklirnya dan mereka berusaha mempertahankan program itu untuk kelangsungan rezim."

2 dari 2 halaman

Mengimbau Sekaligus Mengancam

Sebelum berpidato di hadapan Majelis Nasional Korea, Trump lebih dulu membuat pernyataan saat menggelar konferensi pers bersama dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

"Akan sangat masuk akal bagi Korut untuk bernegosiasi dan membuat kesepakatan yang baik bagi rakyat negara itu dan masyarakat dunia," ujar Trump dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Korsel Moon Jae-in seperti dikutip dari Al Jazeera.

Dan setelahnya ia merilis ucapan bernada ancaman. "Kami mempertontonkan kekuatan yang besar dan saya rasa, mereka (Korut) paham bahwa kekuatan kami tak tertandingi...Kami punya banyak hal di mana kami berharap pada Tuhan untuk tidak pernah menggunakannya."

Sementara itu, Presiden Moon yang sejak awal menentang opsi militer atas krisis nuklir Korut menegaskan tak boleh lagi ada perang di Semenanjung Korea.

"Tidak boleh ada perang lagi di Semenanjung Korea. Terkait hal ini, AS sangat membantu kami," tutur Presiden Moon seperti dilansir kantor berita Yonhap. "Keunggulan kekuatan yang luar biasa berdasarkan aliansi Korsel-AS pada akhirnya akan membuat Korut menghentikan provokasi sembrono dan sampai pada jalur denuklirisasi."