Liputan6.com, Karachi - Insiden perampokan di kediaman diplomat Korea Utara di Pakistan yang terjadi baru-baru ini berubah menjadi tanda tanya besar. Pasalnya, ada kecurigaan perwakilan Korut itu terlibat dalam pasar gelap minuman keras.
Pada awal Oktober, kediaman rumah diplomat Korea Utara, Hyon Ki-yong, dirampok. Dia melapor ke polisi bahwa perampok mengambil dua berlian, beberapa ribu dolar, serta berkerat liquor, bir dan anggur.
Baca Juga
Laporan itu dianggap mencurigakan dan saling bertentangan. Sementara kantor berita Reuters dan Pakistan Today melaporkan perampok itu sebenarnya polisi dan pihak berwenang telah memberikan surat penangkapan bagi perampok itu. Namun, media-media lain mengatakan usaha "perampokan" itu tak lain adalah operasi polisi. Demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/11/2017).
Advertisement
Inspektur Asjad Mehmood, kepala kantor polisi Kohsar tempat pengaduan tersebut didaftarkan, mengatakan kepada BBC bahwa mereka adalah anggota polisi yang memasuki kediaman diplomat tersebut "secara tidak sah". Setelah menemukan alkohol tersebut, mereka tidak melaporkannya kembali kepada atasan. Sebaliknya, mereka malah mencoba menyimpannya untuk dirinya sendiri.
Ketiga orang tersebut telah dibebaskan dengan jaminan.
Mengapa Penuh Kecurigaan?
Kecurigaan itu jatuh karena empunya rumah memiliki ratusan botol berbagai jenis minuman keras di kediamannya di Islamabad.
Lagi-lagi ada laporan bertentangan, baik itu media lokal, asing, maupun dari pernyataan polisi setempat. Reuters melaporkan lebih dari 1.000 botol Johnnie Walker Black Label dicuri.
"Harganya lebih dari US$ 80 per botol di pasar gelap," demikian laporan kantor berita Inggris itu.
Sementara pernyataan polisi mengatakan, "Ada 200 botol anggur, 60 kerat bir, dan puluhan botol tequila yang dirampok oleh para perampok."
Alkohol adalah ilegal bagi umat Islam di Pakistan sehingga sulit didapat. Diplomat, bagaimanapun, diperbolehkan untuk memiliki minuman keras itu asalkan untuk pemakaian pribadi.
Dengan fakta bahwa ratusan botol ditemukan di kediaman sang diplomat, tentu muncul kecurigaan bahwa yang bersangkutan terlibat dalam penjualan miras di pasar gelap.
'Simpanan' Miras Diplomat Korut untuk Dijual?
Diplomat asing di Pakistan memiliki kuota terbatas soal berapa minuman keras yang diperbolehkan masuk ke negara itu. Sementara, penyimpanan jumlah besar wajib diletakkan di kantor kedutaan, bukan di rumah pribadi diplomat.
Menurut Reuters yang dikutip BBC, kuota yang diizinkan dimiliki oleh diplomat Hyon adalah 120 liter spirit, 18 liter anggur, dan 240 liter bir. Angka itu jauh lebih sedikit dari apa yang ditemukan di rumahnya.
Dengan angka temuan yang fantastis itu, berarti ada dua kemungkinan, yakni diplomat Korea Utara diperbolehkan impor lebih banyak miras dari pada kuota yang dibataskan. Yang kedua, selain mereka memang gila mabuk, mereka diduga terlibat penjualan miras di pasar gelap.
Kedubes Korea Utara tidak mengomentari tuduhan tersebut.
Seluruh simpanan yang diambil dari rumah diplomat Hyon bisa bernilai lebih dari US$ 150Â ribu, menurut perkiraan Reuters.
"Sangat mungkin bahwa insiden di rumah diplomat Korut adalah untuk pasar gelap," kata Andray Abrahamian dari Pacific Forum CSIS, think tank dari Griffith Asia Institute kepada BBC.
"Ada track record tindakan terlarang tersebut di misi Korea Utara yang melibatkan penyelundupan gading, emas dan alkohol," tutur Abrahamian.
Ini bukan pertama kalinya para diplomat Korea Utara tertangkap terkait tindakan tersebut.
Pada 2015, ada tuduhan diplomat lain menjual liquor ke pasar gelap di Karachi. Juga tahun itu diplomat Korea Utara tertangkap basah menyelundupkan emas senilai US$ 1,4 juta ke Bangladesh.
"Kasus emas di Bangladesh sangat menarik karena efek sanksi yang lebih keras," kata Abrahamian.
"Ekspor emas dari Korea Utara tadinya adalah hal legal, tapi kini Pyongyang harus mencari partner yang mau memalsukan asal usul logam mulia itu."
Dia menambahkan bahwa hasil penjualan emas dan senjata akan disalurkan ke jantung rezim Pyongyang, sementara kasus yang lebih kecil seperti minuman keras di Pakistan mungkin untuk keuntungan pribadi atau untuk mendanai pekerjaan misi diplomatik tersebut.
Dengan beratnya sanksi dan pengucilan seluruh dunia, "pejabat Korea Utara benar-benar merasa dikepung, jadi ini masalah bertahan hidup," tutur Abrahamian.Â
Meski demikian, Korea Utara bukan satu-satunya kedutaan yang menjual kuota mereka ke pasar yang sedang berkembang di Islamabad, kata wartawan BBC Ilyas Khan, yang berada di ibu kota Pakistan.
Pakistan memiliki beberapa pabrik bir dari produknya sendiri untuk populasi non-muslim di negara tersebut. Secara tradisional, ada permintaan tinggi minuman impor terutama Scotch Whisky dan Vodka.
Namun, dalam 10 tahun terakhir ini, dengan pertumbuhan militansi Islam dan pengaruhnya di sepanjang rute penyelundupan, permintaan itu menurun.
Advertisement