Sukses

China Kembangkan Proyek Kereta yang Melintas di Jalan Raya

Rancangan transportasi itu oleh media pemerintah China digambarkan sebagai sesuatu yang cukup inovatif dan berbeda dengan model serupa.

Liputan6.com, Beijing - Proyek pengembangan dan peningkatan kapabilitas transportasi massal merupakan salah satu agenda utama di berbagai kota besar di penjuru dunia. Tujuannya beragam, mulai dari mengatasi momok kemacetan hingga mendorong budaya bertransportasi umum bagi masyarakat.

Di Jakarta misalnya, pemerintah daerah telah dan tengah melakukan proyek peningkatan kapabilitas transportasi umum yang mumpuni, seperti misalnya Transjakarta, Commuter Line, dan -- yang akan datang -- Mass Rapid Transit (MRT).

Harapannya, berbagai opsi transportasi umum tersebut membuat publik beralih dari penggunaan kendaraan pribadi. Dan pada akhirnya, menekan presensi kendaraan pribadi di jalan raya secara drastis serta mengurangi kemacetan.

Layaknya di Indonesia, China pun turut melakukan pengembangan proyek serupa. Dan, seperti yang terlihat dalam video di bawah ini, proyek tersebut diklaim cukup inovatif dan unik dari segi teknologi oleh media pemerintah setempat.

Video yang dirilis oleh Xinhua News Agency itu melaporkan bahwa Negeri Tirai Bambu tengah mengembangkan proyek transportasi publik berupa kereta yang melintas di jalan raya.

Sebelumnya, kereta yang melintas di tengah jalan raya merupakan model transportasi umum yang telah marak di beberapa kota di dunia, salah satunya seperti Kereta Tram (Cable Car) di San Fransisco atau Streetcars di New Orleans, Amerika Serikat.

Namun, rancangan transportasi yang tengah dikembangkan di China -- seperti yang tertera dalam video di atas -- digambarkan oleh Xinhua sebagai sesuatu yang cukup inovatif dan berbeda dengan model lain.

Kereta tersebut dapat melintas langsung di jalan raya tanpa membutuhkan sistem jaringan rel konvensional seperti kereta pada umumnya. Xinhua menyebut inovasi itu sebagai 'sistem rel virtual'.

Selain itu, model yang dikembangkan sejak 2013 itu menggunakan roda yang terbuat dari karet dengan inti sumbu plastik, berbeda dengan jenis kereta konvensional yang menggunakan roda dari besi. Roda karet itu memungkinkan kereta tersebut dapat melintas di jalan aspal.

Tak hanya itu, kereta tersebut memanfaatkan sensor yang dapat mendeteksi dimensi jalan yang tengah dilintasinya secara otomatis. Namun, video itu tak menjelaskan lebih detail tentang fungsi sensor tersebut.

Video itu juga memaparkan, satu rangkaian kereta dapat terdiri dari beberapa gerbong dengan panjang total mencapai 32 meter. Satu rangkaian kereta dapat menampung sekitar 307 penumpang dan mencapai kecepatan tempuh hingga 70 km/jam.

Jawatan Kereta China berencana mengimplementasikan proyek itu pada 2018. Mereka juga telah mematenkan teknologi yang digunakan pada transportasi tersebut.

Video itu juga menyebut, anggaran transportasi itu diklaim lima kali jauh lebih murah ketimbang membangun sistem rangkaian kereta bawah tanah.

2 dari 2 halaman

Proyek MRT Jakarta Fase I Selesai 90 Persen pada Akhir 2017

Proyek mass rapid transit (MRT) Jakarta‎ fase satu ditargetkan mencapai 90 persen pada akhir tahun. Pengerjaan proyek transportasi masal tersebut dijadwalkan rampung pada Maret 2019. Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta‎ William Sabandar mengatakan, perkembangan pembangunan MRT fase satu sudah mencapai 80,5 persen hingga September 2017.

"80,5 persen fase satu per September kemarin.‎ Nanti untuk Oktober akan dilihat lagi," kata William, di Jakarta, Selasa 10 Oktober 2017.

William optimistis pembangunan MRT Jakarta fase satu dapat mencapai 90 persen pada akhir 2017. Ini melihat perkembangan pembangunan MRT fase satu yang membentang dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia pada September telah mencapai 80 persen. "Target kita masih 90 persen akhir tahun," ucap William.

William mengatakan, meski pembangunan MRT akan selesai pada Maret 2019, untuk stasiun di Haji Nawi kawasan Fatmawati, Jakarta, belum bisa selesai. Namun, pihaknya berupaya membebaskan lahan agar pekerjaan tidak terhambat.

"Enggak akan selesai stasiunnya Maret 2019, tapi kita dorong agar pembebasan dilakukan supaya pekerjaan tidak terhambat," tutur William.

Sebelumnya, William mengatakan, rute dengan panjang 16 kilometer itu ditargetkan dapat menampung 173.400 penumpang. Total rute juga akan diselesaikan selama 30 menit dengan jarak antarkereta setiap lima menit sekali.

"Untuk pengoperasian akan dilakukan secara otomatis melalui sistem Communication-Based Train Control (CBTC). Teknologi ini baru di Indonesia," jelas William.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • kereta