Sukses

Sukses Amankan Tas Berasap, Pria Ini Tuai Pujian bak Pahlawan

Seorang petugas keamanan bandara di Amerika Serikat menuai pujian bak pahlawan setelah berhasil mengamankan sebuah tas yang berasap.

Liputan6.com, Orlando - Seorang petugas keamanan bandara di Amerika Serikat menuai pujian bak pahlawan. Alasannya, ia berhasil mengamankan sebuah tas berasap yang awalnya diduga berisi bahan peledak di Bandara Internasional Orlando.

Keberadaan tas itu sempat membuat bandara berhenti beroperasi selama beberapa waktu.

Dilansir The Sun yang dimuat pada laman News.au.com, Senin (13/11/2017), ledakan berhasil dihindari setelah seorang pria bernama Ricardo Perez melakukan aksi penyelamatan. Perez adalah petugas Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) di Bandara Internasional Orlando, Florida.

Sang petugas awalnya melihat sebuah tas mencurigakan yang mulai berasap. Ia kemudian berinisiatif mengambil tas tersebut dan menjauhkannya dari kerumunan penumpang

Perez lalu meletakkan tas itu di antara dua tiang penunjuk demi meredam kemungkinan akan terjadinya ledakan. Aksinya itu turut terekam di kamera CCTV.

Sang petugas mengatakan pada News 6, "Saya mendekati tas berasap itu, menelpon petugas lain lewat radio, kemudian mengambil tas dan meletakkanya di tengah dua tiang penunjuk disabilitas. Asap kemudian dapat diserap oleh tiang dan ledakan urung terjadi."

Setelah diselidiki, asap ternyata berasal dari baterai lithium pada kamera yang ada di dalam tas. Baterai menimbulkan percikan api yang kemudian menghasilkan asap.

Insiden itu sempat menimbulkan sedikit kekacauan dan membuat beberapa penerbangan ditunda.

"Saya merasa sangat lega, insiden itu tidak berujung buruk sehingga menyebabkan banyak orang terluka," ujar Perez.

Perez sendiri bergabung sebagai petugas keamanan di TSA pasca-insiden serangan 11 September. Organisasi tersebut tercatat sebagai sebuah agen pada Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS.

Perez lalu mengungkapkan alasannya bergabung menjadi seorang petugas keamanan. "Ledakan di WTC pada 11 September itu membuat saya kehilangan beberapa teman. Pada saat itu TSA membuka lowongan, dan saya berpikir itulah cara untuk dapat melayani negara," tukasnya.