Liputan6.com, Bern - Satu persen orang terkaya di dunia memiliki lebih dari separuh akumulasi kekayaan penduduk Bumi. Hal tersebut diungkap oleh sejumlah analis di Credit Suisse.
Mereka mengatakan, ketidaksetaraan itu akan semakin memburuk selama beberapa tahun mendatang dan yang paling dirugikan adalah kaum milenial.
Bank asal Swiss itu merilis Global Wealth Report tersebut beserta pernyataan yang menyebut, "Prospek segmen jutawan lebih menjanjikan dibanding mereka yang berada di bawah piramida kekayaan."
Advertisement
Lebih dari setengah jutawan dolar baru berada di Amerika Serikat sendiri.
Baca Juga
"Sejauh ini, Kepresidenan Trump telah melihat perkembangan bisnis dan lapangan kerja, meskipun peran pendukung yang dimainkan oleh Federal Reserve (bank sentral AS) tak diragukan lagi bermain di sini, dan ketidaksetaraan kekayaan tetap menjadi isu yang menonjol," ujar CIO International Wealth Management di Credit Suisse, Michael O'Sullivan, seperti dikutip dari Fortune, Rabu (15/11/2017).
Credit Suisse memperkirakan akan melihat kenaikan jutawan dolar sebanyak 22 persen pada 2022, yakni dari 36 juta hingga 44 juta.
Para analis Credit Suisse melihat ketidaksetaraan kekayaan merupakan dampak dari krisis finansial, yang meningkat di seluruh dunia dalam 2007 hingga 2016, karena aset keuangan akan meningkat cepat dibanding aset nonfinansial.
Pada 2007, satu persen jutawan dunia memiliki akumulasi 45,5 persen kekayaan penduduk di seluruh Bumi. Saat ini, tahun 2017, kekayaan mereka setara dengan akumulasi kekayaan 50,1 persen penduduk Bumi.
Â
Generasi Milenial Paling Dirugikan
Meski demikian, ketidaksetaraan masih terus meningkat.
"Melihat di dasar distribusi kekayaan, 3,5 miliar orang -- setara dengan 70 persen orang dewasa di seluruh dunia -- memiliki kekayaan kurang dari US$ 10.000 atau lebih dari Rp 135,4 juta," demikian keterangan dari laporan tersebut.
"Mereka yang memiliki kekayaan rendah dapat ditemukan di kelompok usia muda, yang memiliki kesempatan kecil untuk mengakumulasikan aset. Namun, kami menemukan bahwa kaum milenials menghadapi keadaan yang lebih menantang dibanding generasi lainnya."
Intinya, kaum milenial lebih cenderung menganggur atau berpenghasilan rendah dan terancam untuk tak dapat pensiun. Sementara itu, generasi baby boomer lebih sejahtera.
"Millenial tak lebih beruntung dibanding orangtua mereka pada usia yang sama," tulis laporan tersebut.
Kaum milenial mungkin lebih terdidik dibanding generasi sebelumnya. Namun, periset Credit Suisse mengatakan bahwa hanya mereka yang berprestasi tinggi dan yang berada di sektor dengan permintaan tinggi, seperti teknologi atau keuangan, yang dapat mengatasi "kerugian" menjadi milenial.
Advertisement