Liputan6.com, Manila - Amerika Serikat dan ASEAN sepakat agar solusi sengketa Laut China Selatan diselesaikan dengan cara damai dan berlandaskan pada hukum internasional yang ada.
Kesepakatan itu disampaikan secara kolektif dalam konferensi 40th ASEAN - US Commemorative sebagai bagian dari rangkaian acara KTT ASEAN 2017 di Manila, Filipina pada 13 - 14 November 2017.
"Kami mempertahankan komitmen bersama untuk penyelesaian sengkera secara damai, menghormati secara penuh proses hukum dan diplomasi, tanpa penggunaan ancaman atau kekuatan, selaras dengan prinsip-prinsip unversal yang diakui bersama dan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982," papar sebuah pernyataan gabungan resmi para pemimpin negara anggota ASEAN dan AS saat ASEAN - US Commemorative, seperti dikutip dari Manila Bulletin, Rabu (15/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Para leaders juga berkomitmen untuk, "Mendukung kebebasan navigasi, non-militerisasi kawasan, mempertahankan perdamaian, keamanan dan stabilitas, serta keamanan dan keselamatan maritim di kawasan."
Nama Laut China Selatan tidak disebut secara spesifik dalam pernyataan gabungan tersebut. Akan tetapi, juru bicara kepresidenan AS Harry Roque, jr mengatakan bahwa nama penyebutan laut itu disinggung dalam pertemuan para leaders negara anggota ASEAN dengan Presiden AS Donald Trump.
"Pihak Malaysia menggunakan istilah (Laut China Selatan) tersebut dalam menyampaikan pernyataan gabungan para pemimpin ASEAN dalam ASEAN - US Summit," kata Roque
Pernyataan gabungan tersebut juga menyatakan bahwa para ASEAN - US leaders berkomitmen untuk mendukung kedaulatan, integritas, keadilan, dan independensi teritorial masing-masing negara.
AS: Code of Conduct Bukan Solusi Sengketa Laut China Selatan
Dalam sesi pleno leaders ASEAN - China Summit (sebagai bagian dari rangkaian acara KTT ASEAN 2017), para pemimpin negara anggota mengumumkan permulaan negosiasi mengenai Kode Etik Laut China Selatan (SCS-CoC).
Jika berhasil dirumuskan dan disepakati, 'aturan main' itu diharapkan mampu meletakkan peraturan dan pedoman yang mengikat secara hukum yang bertujuan untuk mencegah konfrontasi bersenjata di antara negara-negara yang mengajukan klaim atas Laut Cina Selatan.
Negara yang terlibat langsung dalam isu itu meliputi China, serta empat negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Akan tetapi, usai konferensi ASEAN - US Commemorative dan KTT ASEAN 2017, Amerika Serikat justru tidak begitu mendorong SCS-CoC sebagai solusi atas Laut China Selatan.
"Terkait diskusi tentang isu Laut China Selatan, AS mencatat bahwa ASEAN - China telah membahas mengenai pengadopsian Code of Conduct. Namun kami tidak melihatnya sebagai solusi masalah tersebut, karena ada banyak yang harus dilakukan selain itu," kata Kepala Misi AS untuk ASEAN, Daniel Shields yang merangkum hasil pertemuan ASEAN - US Commemorative di Manila 13 November.
Shields menyampaikan pernyataan itu lewat sambungan telepon dengan sejumlah media di Jakarta, Rabu 15 November 2017.
"Kami juga tidak mendukung adanya klaim pembagian teritorial atas kawasan laut tersebut. Bagi kami, segala penyelesaian harus selaras dengan hukum internasional dan berdasarkan Law of the Sea (UNCLOS 1982)," tambahnya.
Selain itu, Shields menambahkan bahwa AS berkomitmen untuk mendorong adanya kebebasan navigasi dan penerbangan di kawasan, kepatuhan terhadap penegakan hukum serta peraturan yang ada, serta ketaatan pada berbagai hukum juga peraturan internasional.
Menurutnya semua itu penting karena, "Misi kita (AS) di Indo-Pasifik bergantung pada kebebasan navigasi di kawasan tersebut yang kini menjadi prioritas AS", tambahnya.
Trump Kepada Vietnam: Saya Siap Menjadi Mediator Isu Laut China Selatan
Seperti dikutip dari Quartz, dalam kunjungannya ke Vietnam -- sebagai bagian dari lawatan resminya ke Asia Pasifik, beberapa hari sebelum menghadiri KTT ASEAN -- Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya siap menjadi mediator atas isu Laut China Selatan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Trump kepada Presiden Vietnam Tran Dai Quang. Vietnam merupakan salah satu negara yang terlibat isu sengketa Laut China Selatan.
"Jika saya bisa membantu memediasi atau mengarbitrasi, beri tahu saya ... Saya mediator yang sangat baik," kata Trump seperti dikutip dari Quartz.
Sementara itu, saat KTT APEC di Da Nang -- sebagai bagian dari lawatannya ke Vietnam -- Trump juga menyinggung soal isu serupa.
Dalam pidatonya dalam konferensi tersebut, Trump menggambarkan 'perluasan teritorial' sebagai salah satu ancaman terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Meski tidak terang-terangan, berbagai pihak menduga bahwa pernyataan 'perluasan teritorial' itu merupakan upaya Trump menyinggung soal sepak terjang Tiongkok di Laut China Selatan yang diketahui memiliki basis militer di kawasan maritim tersebut.
Presiden Tran Dai Quang tidak langsung menanggapi tawaran Trump. Ia lebih memilih menyatakan bahwa Hanoi 'bertekad untuk menyelesaikan sengketa melalui negosiasi damai'.
Advertisement