Sukses

Ini 9 Cara Membuat Orang Suka dengan Anda

Merasa terkucilkan? Mungkin Anda harus mengubah diri agar bisa disukai. Ini caranya

Liputan6.com, Jakarta - Merasa terkucilkan? Mungkin Anda harus mengubah diri agar bisa disukai. Karena ternyata, menjadi orang yang lebih disukai itu sebenarnya lebih mudah daripada yang kita kira.

Ada banyak penelitian tentang ciri-ciri dan perilaku-perilaku yang membuat orang lebih disukai.

Semuanya bisa melakukannya secara diam-diam mengubah pribadi Anda jauh lebih baik dan menyenangkan. 

Seperti dikutip dari time.com pada Rabu (15/11/2017), ulasan Business Insider merangkum sebagian hasil penelitian tentang cara terbaik meraih pertemanan dan menyenangkan rekan-rekan sekerja, semua tanpa perlu berkoar-koar. 

2 dari 11 halaman

1. Memegang Benda Hangat

 	Ilustrasi minuman teh hangat. (Sumber Pixabay)

Suatu penelitian 2008 yang diterbitkan dalam jurnal Science menengarai bahwa kehangatan fisik berkaitan dengan persepsi kehangatan antar pribadi (interpersonal).

Dalam penelitian kecil tersebut, sebanyak 41 mahasiswa diminta untuk memegang secangkir kopi panas atau secangkir kopi es.

Kemudian semua peserta membaca deskripsi hipotesis tentang kepribadian seseorang dan menilai kepribadian itu berdasarkan beberapa ciri, termasuk kehangatan.

Terbukti, para peserta yang memegang kopi panas menilai individu itu lebih tinggi untuk kehangatan daripada para peserta yang memegang kopi es, walaupun mereka semua memberi penilaian mirip untuk ciri-ciri lain.

Menurut para penulis makalah, "Pengalaman dengan suhu fisik itu sendiri berdampak kepada kesan dan perilaku prososial terhadap orang lain, tanpa kesadaran orang akan pengaruh-pengaruh itu."

3 dari 11 halaman

2. Bicara Dalam Nada Tinggi

 (Sumber Flickr/garryknight)

Secara teknis, mungkin kita bisa melakukan kiat yang satu ini agar berhasil. Tapi, ternyata ini bukan semata-mata tentang apa yang kita katakan, melainkan bagaimana kita mengatakannya.

Dalam sebuah makalah 2014 yang diterbitkan dalam jurnal PLos ONE, terungkaplah bahwa pria dan wanita yang berbicara dalam nada yang lebih tinggi dipandang lebih disukai dan dipercaya.

Ada 320 peserta di Skotlandia yang diminta mendengarkan 64 orang berbahasa Skotlandia untuk mengatakan "hello", lalu para peserta diminta untuk menilai pembicara untuk ciri-ciri lain juga.

Para peneliti mengamati adanya hubungan antara tinggi nada pembicara dan nilai-nilai yang diraihnya.

Michael Woodward menjelaskan temuan itu melalui Psychology Today, "Walaupun penilaiannya mungkin tidak sedemikian akurat, tapi kelihatannya konsisten."

4 dari 11 halaman

3. Gaya Pakaian

 (Sumber foto: cottonink/instgaram)

Dalam sebuah penelitian kecil pada 2011 yang diterbitkan dalam jurnal European Journal of Personality terungkap bahwa orang yang ekstrovert dan berpusat pada diri sendiri dianggap sebagai lebih disukai.

Sebanyak 73 mahasiswa tingkat pertama di Jerman yang saling tidak mengenal bergantian memperkenalkan diri kepada kelompok.

Perkenalan hanya berlangsung selama beberapa detik, dan semua peserta menilainya menurut beberapa hal, misalnya, "Menurutmu, seberapa disukaikah orang ini?"

Para peneliti menggali lebih dalam untuk mengerti mengapa mereka yang ekstrovert dan orang-orang yang berpusat pada diri sendiri dianggap lebih disukai.

Ternyata, salah satu alasan dua kelompok itu dianggap lebih disukai adalah karena keduanya "memiliki penampilan yang lebih bergaya."

5 dari 11 halaman

4. Percaya Diri dan Berenergi

 	Ilustrasi orang yang percaya diri. (Sumber Pexels)

Penelitian yang sama dengan di atas mendapati bahwa hal disukainya seseorang juga bergantung kepada "kecepatan dan energi pergerakan tubuh peserta" dan "keyakinan diri pergerakan-pergerakan tubuh itu."

Namun perlu dicatat bahwa "keaslian isi" dalam perkenalan diri oleh peserta juga berperan, tapi tanda-tanda nonverbal mungkin lebih berarti daripada yang kita duga.

6 dari 11 halaman

5. Meniru Orang yang Bersama Kita

	Ilustrasi pembicaraan orang yang seperti saling bercermin (mirroring). (Sumber Pixabay) 

Strategi ini disebut dengan cerminan (mirroring) dan melibatkan peniruan tak kentara terhadap perilaku orang lain yang sedang bersama dengan kita.

Ketika berbicara dengan orang lain, cobalah meniru bahasa tubuh, gestur, dan ekspresi wajahnya.

Pada 1999, para peneliti New York University mendokumentasikan "dampak bunglon" yang terjadi ketika orang-orang secara tidak sadar saling meniru perilaku sesamanya. Peniruan itu membantu rasa menyukai.

Para peneliti meminta 72 pria dan wanita untuk mengerjakan tugas besama dengan seorang rekan.

Sambil direkam oleh para peneliti, rekan-rekan mereka (yang bekerja untuk para peneliti) ada yang meniru dan ada juga yang tidak meniru perilaku peserta.

Di ujung interaksinya, para peneliti meminta para peserta untuk menilai seberapa mereka menyukai rekan-rekan mereka.

Ternyata, para peserta lebih berkemungkinan mengatakan menyukai rekan mereka yang telah meniru perilaku si peserta.

7 dari 11 halaman

6. Meluangkan Waktu dengan Orang yang Ingin Dijadikan Teman

 (Sumber Wikimedia Commons)

Berdasarkan dampak paparan-kebiasaan, orang cenderung menyukai orang lain yang familiar dengan dirinya.

Dalam suatu contoh fenomena ini, para ahli psikologi University of Pittsburgh meminta 4 wanita untuk berpura-pura menjadi mahasiswi dalam sebuah kelas kuliah psikologi.

Masing-masing wanita itu hadir dalam kuliah dalam jumlah yang berbeda.

Ketika para peneliti menunjukkan foto 4 wanita itu kepada 130 mahasiswa, mereka menunjukan kedekatan yang lebih kepada wanita-wanita yang lebih sering mereka lihat di kelas walaupun tidak pernah berinteraksi dengan wanita-wanita itu.

8 dari 11 halaman

7. Sentuhan Kasual pada Rekan Bicara

 Presiden Obama ketika membiarkan anak seorang pegawai Gedung Putih menyentuh kepalanya. (Sumber Wikimedia Commons)

Sentuhan subliminal terjadi ketika kita menyentuh seseorang dengan sangat tidak kentara sehingga mereka hampir tidak menyadarinya.

Contoh paling lazim adalah tepukan punggung seseorang atau sentuhan pada lengan yang bisa membuat mereka menjadi lebih hangat kepada kita.

Dalam sebuah penelitian di Prancis pada 2007 yang terbit dalam jurnal Social Influence, kaum pria muda ditugaskan berdiri di pojok-pojok jalan dan berbicara kepada para wanita yang melintas. Eksperimen itu berrjalan selama 3 minggu dan melibatkan 120 wanita.

Hasilnya, beberapa pria memiliki angka kesuksesan dua kali lipat dalam memulai obrolan ketika secara ringan menyentuh lengan si wanita ketika mereka mengobrol dibandingkan dengan yang tidak melakukannya sama sekali.

Sebuah eksprimen oleh University of Mississippi dan Rhodes College meneliti dampak sentuhan antar orang (interpersonal) untuk pemberian tip di restoran.

Beberapa pramujasi ditugaskan untuk secara singkat menyentuh tangan atau bahu pelanggan ketika memberikan uang kembalian.

Ternyata, para pramusaji yang melakukan hal tersebut meraup jauh lebih banyak tip daripada para pramusaji yang tidak menyentuh para pelanggan mereka.

9 dari 11 halaman

8. Senyum

 (Sumber iStockphoto)​

Dalam suatu penelitian University of Wyoming, sekitar 100 mahasiswi S1 melihat foto-foto seorang wanita lain dalam 1 di antara 4 gaya, yaitu senyum dalam posisi tubuh membuka, senyum dalam posisi tubuh menutup, tidak senyum dalam posisi tubuh membuka, dan tidak senyum dalam posisi tubuh menutup.

Hasilnya menengarai bahwa wanita yang ada dalam foto paling disukai ketika ia tersenyum, tidak tergantung kepada posisi tubuhnya – membuka atau menutup.

Dalam penelitian yang lebih baru, para peneliti di Stanford University dan University of Duisburg-Essen mendapati bahwa para mahasiswa yang berinteraksi satu sama lain melalui avatar merasa lebih positif tentang interaksi itu ketika avatar-nya menampilkan senyum yang lebih lebar.

10 dari 11 halaman

9. Biarkan Orang Lain Bicara

(Sumber Max Pixel) 

Para peneliti Harvard baru-baru ini mengungkapkan bahwa bicara tentang diri sendiri mungkin bisa memberi imbal, sama halnya dengan makanan, uang, dan seks. Secara umum, orang menghargai seorang pendengar yang baik.

Dalam sebuah penelitian, para peneliti meminta para peserta duduk dalam mesin fMRI dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang pendapatnya ataupun pendapat orang lain.

Para peserta diminta untuk membawa seorang teman atau anggota keluarga ke eksperimen dan pengiring itu duduk di luar mesin fMRI.

Dalam beberapa kasus, para peserta diberitahu bahwa tanggapan-tanggapan mereka akan dibagikan kepada teman atau kerabat. Dalam beberapa kasus lain, tanggapan mereka tidak diteruskan ke siapapun.

Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan-kawasan otak yang berkaitan dengan motivasi dan ganjaran menjadi paling aktif ketika para peserta berbagi informasi secara publik, tapi juga aktif ketika mereka bicara tentang dirinya walau tidak ada yang mendengarkan.

Dengan kata lain, membiarkan orang lain membagikan satu atau dua kisah tentang hidupnya daripada kita sibuk bicara tentang kisah kita dapa memberi kenangan yang lebih positif kepada interaksi.

11 dari 11 halaman

Infografis Jangan Jenuh 6M Meski Sudah Vaksinasi