Sukses

Duterte Merasa Terhina Atas Pernyataan PM Kanada

Presiden Filipina itu merasa terhina atas komentar Trudeau terkait perang melawan narkoba yang dilancarkan pemerintahannya.

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, merasa terhina atas pernyataan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengenai perang terhadap narkoba yang dilakukan pemerintahannya.

Duterte dan Trudeau sebelumnya diketahui mengadakan perbincangan di sela-sela KTT ASEAN di Manila pada Selasa, 14 November.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (16/11/2017), Trudeau sempat mengungkapkan keprihatinannya terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Filipina. Kampanye anti-narkoba yang digalakan Duterte telah banyak melakukan aksi pembunuhan di luar prosedur hukum.

Trudeau sempat berujar dalam konferensi pers, "Saya menyebut soal HAM, penegakan hukum dan khususnya pembunuhan di luar prosedur hukum, sebagai masalah yang memprihatinkan bagi Kanada."

"Saya membicarakan tentang perlunya menghormati penegakan hukum. Kami juga menawarkan dukungan dan bantuan pada Filipina untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di sana," tambahnya.

Trudeau juga mengatakan bahwa Duterte menerima omongannya tersebut, dan mengatakan obrolan bersama Duterte berlangsung 'akrab'.

Tetapi Duterte kemudian mengatakan hal sebaliknya pada wartawan. "Saya sampaikan bahwa saya tidak akan mengucapkannya. Ini merupakan bentuk penghinaan pribadi," ujar Duterte.

Duterte sendiri dikenal sangat sensitif terhadap kritik semacam itu. Sebelumnya, ia sempat menyebut mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagai 'anak anjing', setelah Departemen Luar Negeri AS secara terbuka menyampaikan keprihatinan terhadap kampanye anti-narkoba yang dilancarkan Duterte.

2 dari 2 halaman

Trump Klaim Jalin Hubungan Baik dengan Duterte

Sementara itu, Donald Trump yang turut hadir pada KTT ASEAN mengatakan, ia dan Duterte memiliki hubungan yang sangat baik.

Ia juga menghindar untuk menjawab pertanyaan terkait kampanye antinarkoba yang dilakukan Presiden Filipina tersebut.

Gedung Putih melaporkan, perbincangan 40 menit yang dilakukan Trump dan Duterte itu membahas seputar ISIS, perdagangan bilateral dan narkoba.

Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan, isu HAM sempat muncul sesaat di tengah pembicaraan tentang pemberantasan narkoba. Ia tidak mengatakan apakah Trump membahas lebih lanjut perihal program Duterte itu.

Pernyataan Sanders berbeda dengan yang diungkapkan oleh Juru Bicara Duterte, Harry Roque.

Roque mengatakan, pembahasan soal HAM atau pembunuhan di luar proses hukum tidak diangkat dalam pertemuan pihaknya dengan Trump. Lebih lanjut ia mengomentari, Trump-Duterte mengadakan pembahasan lebih lanjut perihal upaya pemberantasan narkoba.

Filipina dan AS kemudian menyimpulkan, bahwa mereka menggarisbawahi pentingnya isu HAM. Mereka sepakat untuk melanjutkan isu itu dalam program nasional mereka.