Liputan6.com, Saint Paul - Dua pekan lalu, dunia maya dihebohkan dengan foto dua ekor singa jantan yang bertindihan seperti sedang melakukan hubungan seksual.
Paul Goldstein, fotografer yang menangkap momen tersebut mengaku tak percaya atas apa yang dilihatnya. Sebelum seekor singa mulai menindih singa yang lainnya, pria itu mengaku bahwa keduanya sedang asyik bersenda gurau.
"Saya pernah mendengar ada hal serupa pernah terjadi di Botswana. Tak ada yang dapat menyalahkan mereka. Kejadian itu berlangsung begitu saja," ujar Goldstein.
Advertisement
"Biasanya, sepasang singa akan kawin dalam waktu beberapa detik saja. Namun, kedua jantan ini kawin selama satu menit lebih. Saya melihat ada kasih sayang yang betul-betul terjadi di antara mereka," ia menambahkan.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Eksekutif Masai Mara National Reserve Kenya, Ezekiel Mutua, menyalahkan manusia atas kejadian itu.
"Mungkin saja mereka telah melihat gay yang datang ke taman nasional dan melakukan hubungan itu," ujar Mutua kepada Nairobi News.
Ia kemudian menyarankan singa itu untuk diisolasi dan dipelajari karena menganggap bahwa raja hutan itu telah terpengaruh roh-roh jahat yang menimpa manusia.
Namun menurut ilmuwan, sebenarnya dua singa jantan itu tidak sedang melakukan hubungan seksual.
"Sangat jarang, itu benar-benar bukan perilaku seksual dan itu memberi tahu (kita) lebih banyak tentang petugas di Kenya dan homofobianya," ujar Direktur Lion Research Center di University of Minnesota, Craig Packer, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (16/11/2017).
"Itu adalah reaksi berlebihan yang aneh," imbuh dia.
Bukan Kasus Pertama
Goldstein mengatakan bahwa awalnya dua singa jantan tersebut berada berdampingan. Kemudian salah satunya mulai merebahkan badannya dan singa lain menindihnya.
"Bahkan setelah ia turun, ia tidak mundur seperti singa normal lainnya saat kawin. Ia merangkak ke moncong singa lainnya, menyeruduknya secara pelan, dan mengedipkan matanya," ujar Goldstein.
"Adegan" itu serupa dengan apa yang terjadi di Botswana pada 2016. Kala itu dua ekor singa jantan juga terlihat bertindihan seperti hendak kawin.
Namun menurut Packer, dua singa jantan itu tidak sedang melakukan hubungan seksual. Pasalnya, ketika singa jantan sedang kawin, ia akan sangat menjaga pasangan betinanya selama berhari-hari.
Singa jantan itu akan kawin setiap setengah jam sekali. Mereka akan mengalami ejakulasi sesaat setelah memasukkan penisnya ke alat kelamin singa betina dan disertai dengan raungan.
Sementara itu, perilaku singa jantan di Kenya tidak seperti itu dan tidak mengalami ejakulasi, demikian menurut Packer.
Advertisement
Perilaku untuk Menunjukkan Kasih Sayang
Sebenarnya, foto tersebut menangkap momen ikatan sosial langka antara singa jantan. Singa-singa itu sedang menghabiskan waktu mereka untuk dapat bereproduksi dengan singa betina.
Menurut penjelasan Packer, mereka membuat kelompok kecil berisi dua atau tiga ekor singa jantan yang disebut dengan koalisi.
Kelompok tersebut bekerja sama untuk mengusir singa-singa jantan saingan mereka, mengambil betinanya, dan membunuh bayi hasil perkawinan dengan singa jantan sebelumnya.
Studi jangka panjang yang dimulai pada 1970-an, menunjukkan bahwa singa yang berhasil menjadi bagian dari koalisi, terutama yang beukuran besar, mendapat akses lebih banyak ke singa betina. Hasil perkawinan keduanya, menghasilkan lebih banyak keturunan yang lebih dapat bertahan hidup.
Laki-laki yang berada dalam koalisi yang sama biasanya saling menyayangi. Hal itu diungkapkan dengan saling menjatuhkan, menjilat dan menggesek tubuhnya.
Dalam kesempatan langka, mereka akan menampilkan perilaku mounting atau saling menindih, seperti yang Goldstein abadikan. Hal itu tampaknya menjadi cara untuk mengatasi ketegangan sosial.
Packer mengatakan, perilaku serupa juga terjadi pada babun dan sejumlah mamalia sosial lainnya. Singa betina pun melakukannya.
"Ini adalah interaksi sosial yang tidak ada hubungannya dengan kenikmatan seksual," ujar dia.