Liputan6.com, New York - Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memberikan hak vetonya terhadap rancangan resolusi Jepang untuk memperpanjang Joint Investigative Mechanism (JIM) selama 30 hari.
Langkah tersebut dengan segera menggugurkan keinginan DK PBB untuk memperpanjang penyelidikan internasional atas serangan senjata kimia di Suriah -- mandat JIM berakhir pada 17 November 2017 tengah malam.
Ini adalah ke-11 kalinya Moskow menggunakan hak vetonya untuk mendukung sekutunya, Suriah, sejak konflik di negara tersebut dimulai.
Advertisement
JIM didirikan pada 2015 untuk mengidentifikasi pelaku serangan kimia. Ini adalah satu-satunya misi resmi yang menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah.
Baca Juga
Rusia mengecam keras penyelidikan tersebut, setelah misi itu menyalahkan Pemerintah Suriah atas serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun pada April 2017. Suriah pun membantah telah menggunakan senjata kimia terlarang.
Serangan kimia di Khan Sheikhoun menewaskan 80 orang. Hal tersebut memicu Amerika Serikat meluncurkan rudalnya di pangkalan udara Suriah.
Bulan lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyimpulkan bahwa sebuah jet angkatan udara Suriah bertanggung jawab atas serangan kimia itu. Mereka pun menolak pernyataan Rusia yang menyebut bahwa jet tersebut menjatuhkan amunisi konvensional yang menyerang stasiun senjata kimia pihak pemberontak.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, insiden di Khan Sheikhoun adalah sebuah rekayasa.
Â
Serangan Gas Beracun di Khan Sheikhun
Pada 3 April 2017, Kota Khan Sheikhoun sempat dihujani bom-bom udara. Keesokan paginya, sekitar pukul 7 pagi waktu setempat, seorang saksi mata untuk The New York Times melihat sebuah pesawat tempur melintas di langit kota.
Beberapa menit kemudian, diduga pesawat tempur itu menjatuhkan bom senjata kimia di Khan Sheikhoun.
Serangan itu membuat banyak orang tersedak atau pingsan, bahkan beberapa dari mereka mengeluarkan busa dari mulut.
Menurut kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk HAM yang mengutip sumber-sumber medis, gejala di atas menggambarkan serangan bermuatan gas.
Serangan senjata kimia pada 4 April 2017 lalu itu bukan kali pertama. Beberapa kantor berita di dunia juga sempat melaporkan penggunaan senjata terkutuk itu pada Perang Suriah.
"Kita lihat kejadian seperti ini setiap hari, ini kejadian normal selama enam tahun terakhir," ujar seorang warga Suriah bernama Abu Amash.
Advertisement