Liputan6.com, Brisbane - Akun Twitter Menteri Industri Pertahanan Australia Christopher Pyne pekan ini jadi sorotan. Hal itu terjadi setelah akun tersebut diketahui memberi "Like" pada sebuah akun pornografi.
Namun yang unik, aktivitas tersebut terungkap pertama kali oleh mesin robot yang selalu memantau akun medsos para politikus negara ini.
Baca Juga
Mesin robot atau bot yang dijuluki Auspolwatch itu memberikan update untuk followernya setiap kali akun Twitter politisi federal memberikan "Like" pada sebuah konten.
Advertisement
Pengembang robot ini, Josh Byrd, yang bekerja untuk ABC di Brisbane, membangun bot tersebut di sela-sela waktu senggangnya. Demikian seperti dikutip dari Australia Plus pada Senin (19/11/2017).
Dia mengatakan Auspolwatch melakukan apa yang tidak dapat dilakukan manusia, yaitu secara berkala memeriksa ratusan postingan politisi, ribuan kali setiap harinya.
"Bot Twitter selalu mengawasi secara otomatis," kata Josh Byrd. "Seperti Terminator yang tidak pernah tidur, tidak pernah berhenti mengawasi."
Kreasi Josh Byrd itu -- yang tersusun dari kumpulan 11 sandi komputer yang dia publikasikan secara publik -- telah berhasil melacak 38 politisi Australia.
Bot biasanya mengunggah cuitan yang lebih bernada halus atau tidak kontroversial.
Namun kasus seperti Menteri Pyne mampu menimbulkan pertanyaan seputar keamanan nasional Australia, yakni Auspolwatch berbagi cuitan yang kontroversial.
Bot awalnya menyebutkan bahwa akun Menteri Pyne menyukai konten porno yang diunggah pada Pukul 01.23 pagi waktu Australia.
‘Like’ itu kemudian menjadi perhatian wartawan Australia yang berbasis di Inggris Mark Di Stefano tidak lama setelah pukul 02.00 waktu setempat.
'Like' itu kemudian dihapus oleh akun Menteri Pyne.
Pukul 06.01, Christopher Pyne melaporkan bahwa akun Twitternya telah di-hack.
Sebelumnya politisi Partai Republik AS, Ted Cruz, juga dipaksa menjelaskan 'Like' yang menyebabkan munculnya unggahan pornografi di Twitternya pada bulan September.
Cerita itu mendorong Josh Byrd menciptakan Bot di Australia, namun kontroversi seputar 'Like' oleh akun Menteri Pyne justru mengejutkannya.
"Saya tidak membayangkan hal itu akan terjadi di Australia begitu cepat," katanya.
Peretasan Menimbulkan Kekhawatiran?
Menyusul klaim Menteri Pyne bahwa akunnya telah "diretas", peneliti privasi online dari Swinburne University Jake Goldenfein memperingatkan bahwa insiden keamanan - melibatkan pelaku dengan akses luas ke informasi pertahanan Australia - merupakan pelajaran mengenai keamanan data.
"Christopher Pyne yang tidak menyimpan proteksi memadai atas password akun Twitter-nya mungkin jadi pengingat bahwa orang-orang yang memiliki akses terhadap informasi sensitif perlu melindungi akun mereka secara benar," katanya.
Senator Cory Bernardi mengindikasikan akan meminta Senat untuk menggelar penyelidikan atas hal ini.
Dr Goldenfein menjelaskan dengan memberi "Like" pada konten pornon yang dilakukan akun Twitter Christopher Pyne akan menjadikan akun itu lebih mungkin dikirimi konten atau iklan terkait pornografi gay di masa depan.
"Like" tersebut akan dimasukkan dalam perhitungan tentang orang macam apa Christopher Pyne itu, mungkin demi kepentingan iklan bagi akun Christopher tersebut," katanya.
Josh Byrd berharap mesin ciptannya yang memantau akun medsos politisi dapat memicu transparansi lebih besar di masa depan.
Namun dia juga melihat sisi lain dalam insiden tersebut. "Lucu sekali," katanya.
Advertisement