Sukses

Donald Trump Mengira PM Selandia Baru Istri Justin Trudeau?

Presiden AS Donald Trump sesaat sempat mengira bahwa PM Selandia Baru Jacinda Ardern merupakan istri PM Kanada Justin Trudeau

Liputan6.com, Wellington - Ada-ada saja insiden kecil selama Presiden Donald Trump melakukan perjalanan ke Asia Pasifik. Dari mulai bersikeras makan hamburger di Jepang hingga enggan membungkuk ke kaisar.

Terbaru yang baru saja terungkap adalah Presiden Trump mengira seorang wanita yang ia ajak berbicara adalah istri dari Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Namun, ternyata, yang suami Melania ajak bicara adalah, PM selandia Baru, Jacinda Ardern.

PM Ardern sendiri mengatakan ia menyesal 'membocorkan' insiden dengan Trump kepada teman terdekatnya, setelah tahu media kemudian membesar-besarkan masalah bahwa Trump salah mengenai dirinya.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (20/11/2017), Ardern terlihat tidak nyaman ketika ditanya tentang laporan bahwa ia telah mengungkapkan rincian pertemuannya dengan Trump di KTT Asia Timur di Vietnam pekan lalu kepada seorang teman yang kemudian bocor ke publik.

Semua berawal kala komedian Tom Sainsbury mengungkapkan dalam sebuah wawancara radio bahwa Ardern telah mengatakan kepadanya, "bahwa Trump tidak seoranye itu dalam kehidupan nyata" dan Trump telah bingung dengan identitas Ardern.

Sainsbury mengatakan, "Ardern mengatakan bahwa Donald Trump bingung untuk waktu yang lama berpikir bahwa dia adalah istri Justin Trudeau."

Ketika dikonfirmasi tentang hal ini, Ardern mengatakan bahwa dia tidak ingin mengubah masalah ini menjadi "insiden diplomatik", atau mendiskusikan segala sesuatu yang terjadi di balik layar.

Namun sang perdana menteri, yang penampilannya di KTT itu dipuji dan merupakan lawatan internasional pertamanya sejak terpilih, menekankan bahwa ketika dia diperkenalkan secara resmi ke Trump, dia sepertinya tahu siapa dia.

"Ada orang lain yang melihat kami berdua berbincang dan berpikir Trump bingung dia bicara dengan siapa. Tapi, saya yakin Presiden Trump tahu siapa yang dia ajak bicara," ujar Ardern.

Ardern tidak akan mengungkapkan siapa orang yang melihat kasus dugaan identitas yang salah, tapi mengatakan bahwa itu bukan seseorang dalam timnya, juga bukan seorang Selandia Baru.

Ardern mengatakan bahwa dia telah menceritakan "kisah lengkap" kejadian tersebut kepada dua orang di Selandia Baru. Namun dia tidak mau berbicara ketika diminta untuk berbagi cerita lengkap dengan host TVN, Jack Tame, yang menanyainya selama enam menit mengenai topik tersebut.

Ardern kemudian mengatakan bahwa dia tidak akan membuat kesalahan yang sama dengan berbagi cerita di belakang layar.

"Saya berada dalam lingkaran, saya bersama orang lain, saya tidak mendengar percakapan penuh, mereka melihat apa yang mereka yakini sebagai kesalahan identitas, saya tidak mau berkomentar lagi. Saya yakin bahwa dia (Donald Trump) tahu siapa saya sebenarnya," ujar Ardern.

Tame terus menekan Ardern apakah dia telah menceritakan kebenaran sepenuhnya mengenai kejadian tersebut, atau apakah dia telah menyesatkan orang Selandia Baru.

Ardern menjawab, "Jack, pada saat ini saya tidak ingin memberikan setiap elemen percakapan yang saya miliki dengan pemimpin dunia yang lain, karena saya menerima hal itu terjadi di balik layar, bahwa saya tidak akan selalu memberikan rincian penuh kepada orang-orang sekitar saya."

"Tom adalah teman saya. Saya berbagi cerita dengan dia, dia menceritakannya dengan orang lain, saya dapat melihat bagaimana itu kemudian viral... ini adalah masalah yang remeh. Itu adalah kekacauan yang lucu, sesuatu yang saya tidak ingin menyebabkan insiden diplomatik," lanjutnya.

"Saya rasa seharusnya tidak menceritakan kisah itu," cetus Ardern.

2 dari 2 halaman

Bukan Pertama Kalinya Soal Sensitif

Ini bukan pertama kalinya Ardern mengungkapkan informasi sensitif yang luar biasa tentang hubungan dia dengan presiden AS.

Dalam sebuah wawancara luas dengan Newsroom minggu lalu, Ardern menggambarkan bagaimana dia bercanda dengan Donald Trump saat mereka pertama kali bertemu, mengatakan kepada presiden AS: "Tidak ada yang bergerak saat saya terpilih."

Dia mengatakan bahwa presiden tampaknya tidak tersinggung. Namun, baru kemudian dia menyadari bahwa ucapan tersebut bisa menjadi bumerang.