Sukses

PBB Desak Arab Saudi Izinkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Yaman

Bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan seperti obat-obatan dan pangan tertahan di luar pelabuhan Hodeidah menyusul diterapkannya blokade Saudi.

Liputan6.com, Sanaa - Badan kemanusiaan PBB di Yaman mendesak Arab Saudi untuk mengizinkan kiriman bantuan berupa obat-obatan dan pangan yang tertahan di luar pelabuhan Hodeidah masuk ke negara itu. Mereka memperingatkan bahwa blokade Saudi yang telah berjalan selama 15 hari mengancam puluhan ribu nyawa rakyat Yaman.

Jamie McGoldrick, koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman mengatakan, "Situasinya sangat genting. Salah satu pengiriman berisi obat-obatan untuk menangani wabah kolera dan lainnya adalah bantuan makanan yang sangat dibutuhkan termasuk biji-bijian dan nasi."

Seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (21/11/2017), Saudi memberlakukan blokade di semua pelabuhan di Yaman. Langkah ini sebagai respons atas serangan rudal yang mengarah ke Riyadh pada 4 November lalu. Insiden ini didalangi oleh pemberontak Houthi yang menurut Saudi mendapat dukungan dari Iran.

Saudi mengklaim bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman telah dimanfaatkan untuk menyelundupkan senjata, amunisi dan rudal. Mereka mendesak agar sistem inspeksi di pelabuhan diperketat dengan pengawasan Saudi.

Namun, McGoldrick bersikeras bahwa klaim Saudi soal penyelundupan bersenjata tidak didukung dengan bukti. "Tidak ada kasus di mana pengiriman bantuan kemanusiaan yang menggunakan kapal atau kargo ditemukan isi selain bantuan. Demikian pula dengan yang dikirim melalui pesawat."

McGoldrick pun mendesak Arab Saudi untuk segera mencabut blokade bantuan kemanusiaan. "Kami katakan pada Saudi, jika Anda khawatir dengan pengiriman komersial, silakan pisahkan dengan bantuan kemanusiaan."

 

2 dari 2 halaman

Perang Belum Menunjukkan Tanda Akan Berakhir

Sekjen PBB Antonio Guterres dikabarkan telah mengirim utusan ke Riyadh demi menekan Saudi untuk mencabut blokade atas bantuan kemanusiaan terhadap warga Yaman. Namun sejauh ini, belum ada kemajuan yang dicapai.

Beberapa waktu lalu, atas dorongan internasional, Riyadh telah mencabut blokade di pelabuhan selatan Yaman. Namun, blokade masih diterapkan di seluruh pelabuhan yang dikuasai Houthi di Yaman utara, termasuk Hodeidah di mana menjadi jalur masuk bagi 70 persen bantuan.

Kurang lebih tiga tahun sudah Saudi melibatkan diri dalam perang Yaman. Riyadh mendukung pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi melawan pemberontak Houthi.

Terlepas dari apa yang terjadi, McGoldrick bersikeras bahwa ia tidak berpihak pada siapa pun dalam peperangan. "Kami semua menyadari kekhawatiran warga Saudi atas serangan rudal, namun skala krisis juga harus dipertimbangkan. Ancaman kelaparan dan 17 juta jiwa bergantung pada bantuan kemanusiaan. Demikian pula dengan bahan bakar agar dapat digunakan untuk memompa air bersih bagi 4 juta orang."

"Dengan memblokade pelabuhan, itu membuat situasinya sangat genting. Kami sangat khawatir bahwa kemajuan yang telah kami buat terkait dengan wabah kolera dan kelangkaan makanan dapat berbalik," jelas McGoldrick.

Blokade Saudi telah membuat harga BBM melonjak, sementara biaya gas untuk memasak meningkat 40 persen. Kurangnya stasiun pompa berarti persediaan air bersih absen di lima kota besar, yakni Sanaa, Al Bayda, Sa’dah, Taiz dan Hodeidah.