Sukses

Sejarah Erupsi Gunung Agung, Ini Letusan Kelima dalam 200 Tahun

Gunung Agung kembali meletus pada 21 November 2017, tepatnya pada 17.05 Wita. Asap berwarna kelabu tebal berada di ketinggian sekitar 700 m.

Liputan6.com, Denpasar - Gunung Agung di Bali kembali erupsi. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, erupsi pada 21 November 2017 ini terjadi pada 17.05 Wita.

Asap berwarna kelabu tebal berada di ketinggian maksimum sekitar 700 meter di atas puncak. Abu letusan bertiup lemah ke arah timur dan tenggara.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menganalisis aktivitas vulkanik. Status tetap Siaga atau level 3.

"Dari aktivitas vulkanik belum menunjukkan adanya lonjakan kenaikan kegempaan. Tremor Non-Harmonik sebanyak satu kali dengan amplitudo 2 mm dan durasi 36 detik. Gempa vulkanik dalam sebanyak dua kali dengan amplitudo 5-6 mm dan durasi 8-26 detik," kata dia.

Dia mengimbau masyarakat agar tetap tenang. Warga hendaknya mengikuti semua rekomendasi dari PVMBG.

Gunung Agung terakhir kali meletus pada 1963, setelah tidur selama 120 tahun. Kala itu, sebanyak 1.600 orang tewas dan 86.000 lainnya harus kehilangan rumah.

Erupsi kala itu bermula pada 19 hingga 26 Februari 1963. Sejumlah batu kecil menghujani Pura Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung. Awan panas dan aliran lahar pun turut menyertai erupsi itu.

Letusan dan sejumlah peristiwa yang menyertainya mereda pada pertengahan Maret. Jejak aliran lava sepanjang 11 km terbentuk akibat peristiwa tersebut.

 

2 dari 2 halaman

Erupsi Terus Berlanjut

Namun, letusan gunung itu kembali berlanjut pada 17 Maret 1963. Serangkaian letusan terjadi hampir selama 10 jam dan disertai hujan batu, awan panas, dan aliran lava.

Batuan panas berdiameter 5 hingga 8 cm dimuntahkan seketika dari kawah hingga radius 9,6 kilometer. Pasir dan abu setinggi 10 hingga 40 cm pun sebagian besar menyelimuti bagian barat Gunung Agung.

Pada 16 Mei, di tahun yang sama, erupsi Gunung Agung kembali terjadi. Peristiwa itu dimulai dengan erupsi kecil yang makin lama tambah menguat dan berlangsung hingga enam jam.

Batuan panas berdiameter 10 hingga 15 cm terlontar ke segala arah hingga radius 9,6 kilometer. Abu yang menutupi sejumlah wilayah di Gunung Agung mencapai satu kilometer.

Erupsi pada Gunung Agung pada 1963 membuat permukaan Bumi menjadi sedikit gelap. Ilmuwan James Hansen menyebut bahwa kala itu bulan lenyap dari pandangan.

Beberapa tahun kemudian, Hansen mengungkap bahwa letusan gunung tersebut menyebabkan penuruan suhu bumi. Aerosol Vulkanik menjadi 'dalang' di balik fenomena itu.

Sejak tahun 1800-an, Gunung Agung telah mengalami erupsi lebih dari lima kali. Gunung yang berlokasi di Karangasem itu pertama kali meletus pada 1808. Kala itu, Gunung Agung melontarkan abu dan batu apung.

Tiga belas tahun berselenag, Gunung Agung kembali meletus pada 1821. Namun, tak ada catatan atas peristiwa itu.

Erupsi Gunung Agung kembali terjadi 22 tahun kemudian, yakni pada 1843. Kala itu, erupsi disertai dengan sejumlah gempa, abu vulkanis, dan reruntuhan bebatuan.