Sukses

Banjir Lumpuhkan Kota Jeddah

Banjir terjadi hampir tiap tahun di kota Jeddah. Warga lokal mengeluhkan buruknya infrastruktur yang tersedia.

Liputan6.com, Jeddah - Banjir yang dipicu oleh hujan deras melanda Jeddah, kota kedua terbesar di Arab Saudi, pada Selasa, 21 November waktu setempat. Musibah ini membuat sejumlah pengendara terjebak.

"Puluhan orang diselamatkan dari kendaraan mereka yang terjebak banjir," ujar otoritas pertahanan sipil Saudi seperti dikutip dari New Straits Times yang melansir kantor berita AFP pada Rabu (22/11/2017).

Dari video yang beredar di media sosial, tampak beberapa mobil mencoba menerjang banjir yang membuat wilayah itu bak danau. Hujan deras diperkirakan masih akan turun hingga Rabu waktu setempat.

Mempertimbangkan intensitas hujan yang juga turut memengaruhi wilayah lain di Arab Saudi barat, departemen pendidikan mengumumkan sekolah-sekolah di Jeddah akan tetap tutup demi keselamatan siswa.

Banjir terjadi hampir hampir setiap tahun di Jeddah di mana warga lokal sejak lama telah mengeluhkan buruknya infrastruktur yang tersedia. Pada 2009, banjir di kota itu dilaporkan menewaskan 123 orang dan dua tahun kemudian, bencana serupa merenggut 10 nyawa.

Sebuah komite antikorupsi yang dipimpin oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman beberapa waktu lalu dibentuk untuk mengambil tindakan keras terhadap siapa saja yang terlibat kasus korupsi. Di antara sekian banyak kasus yang diselidiki, banjir Jeddah 2009 salah satunya.

2 dari 2 halaman

Ribuan Rekening Bank Dibekukan

Terkait dengan klaim memberantas korupsi, Saudi diperkirakan telah membekukan sekitar 1.700 rekening bank. Jaksa Agung Saud al-Mojeb menjelaskan bahwa yang dibekukan adalah rekening pribadi bukan milik usaha.

Selama bertahun-tahun, warga Saudi mengeluhkan tindak korupsi yang merajalela dan penyalahgunaan dana publik oleh pejabat tinggi di sebuah sistem di mana praktik nepotisme tumbuh subur.

Anggota keluarga kerajaan Saudi sejak lama telah menerima tunjangan bulanan dari kas negara yang nominalnya tidak pernah diungkapkan. Kini, setelah harga minyak dunia anjlok, pemerintah Saudi, bagaimanapun dipaksa untuk melakukan penghematan.

Peneliti urusan Saudi, Thomas Lippmann mengatakan ia meyakini bahwa aksi "bersih-bersih" yang tengah gencar dilakukan saat ini adalah "upaya pengambilalihan kekuasan" mengingat hanya menargetkan anggota keluarga kerajaan dan komunitas bisnis.

"Saya tidak percaya sedikitpun bahwa ini benar-benar upaya untuk memberantas korupsi," tutur Lippmann yang merupakan penulis "Saudi Arabia on the Edge: The Uncertain Future of an American Ally."

Video Terkini