Sukses

Ambisi Modernisasi Arab Saudi, Putra Mahkota Undang Penyanyi AS

Rapper dan penyanyi R&B Cornell Hayney, atau yang lebih populer dengan sebutan Nelly akan adakan konser di Arab Saudi.

Liputan6.com, Jeddah - Rapper dan penyanyi R&B Cornell Hayney, atau yang lebih populer dengan sebutan Nelly dikabarkan akan melakukan konser di Arab Saudi Desember mendatang.

Dilansir dari laman Time.com, Kamis (23/11/2017), konser yang nantinya hanya disaksikan oleh kaum pria tersebut, tampaknya akan sedikit berbeda dari yang biasanya.

Pasalnya, penyanyi yang populer dengan lagu "Dilemma" dan "Hot in Here" ini tak diperbolehkan melantunkan lagu dengan lirik-lirik yang mengandung makna seks, narkoba, dan alkohol.

Konser yang rencananya akan digelar pada 14 Desember 2017 tersebut merupakan bagian dari upaya Kerajaan Arab Saudi yang ingin memodernisasi negaranya.

Ambisi sang Putra Mahkota, Mohammed bin Salman untuk memperbaiki industri hiburan di Arab Saudi dikabarkan akan menelan biaya sebesar US$ 2,7 miliar.

Nantinya, harga tiket konser Nelly yang berlangsung di Jeddah dapat mencapai US$ 120 atau setara dengan Rp 1,6 juta untuk satu orang.

Kehadiran Nelly di Arab Saudi akan membuatnya jadi penyanyi asal Amerika Serikat kedua yang menggelar konser di negeri 'petrodollar' tersebut.

Sebelumnya, penyanyi country Toby Keith sempat menggelar konser pada Mei 2017.

 

2 dari 2 halaman

Ambisi Putra Mahkota Arab Saudi

Sebelumnya, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud berjanji akan menerapkan Islam yang moderat dan terbuka di negaranya. Janji itu diutarakan sang pangeran saat berbicara dalam sebuah konferensi bisnis akbar di Riyadh.

"Saya berjanji akan mengembalikan Saudi seperti sedia kala, sebuah negara Islam yang moderat dan terbuka bagi seluruh agama dan dunia," kata Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud di Riyadh, seperti dikutip dari The Independent.

Dalam konferensi bernama Future Investment Initiative itu, sang pewaris takhta kerajaan juga berencana akan melakukan langkah ekstra guna memberantas ekstremisme di kawasan.

"Kami tidak akan membuang waktu untuk 30 tahun ke depan hanya demi menangani ide-ide ekstremisme. Kami akan menghancurkan itu sekarang. Tak seperti masa lalu, kami akan mengakhiri ekstremisme sesegera mungkin," ujar Pangeran bin Salman.

Pernyataan yang diutarakan sang putra mahkota seakan sebagai bentuk kritik laten terhadap pemerintahan Saudi yang selama ini berhaluan religius-konservatis.

Akan tetapi, seperti dikutip dari Independent, apa yang direncanakan Pangeran Bin Salman mungkin tak akan mudah terlaksana. Mengingat, masih banyaknya pejabat, figur politik, dan pemuka agama berhaluan religius-konservatis yang memegang pengaruh besar dalam tata kelola pemerintahan di Saudi.

Dalam konferensi Future Investment Initiative, Pangeran bin Salman juga memaparkan rencana investasi Saudi senilai US$ 500 miliar pada proyek pembangunan kota futuristik di sebuah pulau di Laut Merah dekat Mesir dan Yordania. Demikian seperti ditulis oleh media India The Hindu yang mengutip Associated Press.

Proyek itu merupakan bagian dari kebijakan Vision 2030 yang digagas sang putra mahkota pada 2016 lalu, demi membebaskan Saudi dari kebiasaan mengandalkan komoditas minyak sebagai sumber pendapatan utama kas negara.