Sukses

Rencana Starbucks Buka Kedai Pertama di Italia Picu Kontroversi?

Italia dikenal dengan tradisi yang kental, tak terkecuali budaya minum kopinya. Di negara itu pulalah lahir espresso.

Liputan6.com, Roma - Perusahaan dan jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat, Starbucks, berencana untuk membuka gerai pertamanya di Italia pada 2018. Namun belum lagi terwujud, hal ini sudah memicu kontroversi di negeri asal espresso tersebut.

Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa Anda tidak akan mendengar istilah "grande", "venti" atau "Frappuccino" di Italia. Padahal seluruh kata tersebut lazim didengar di gerai-gerai Starbucks di seluruh dunia.

Itu dimungkinkan karena kopi di Italia digambarkan sebagai sesuatu yang sederhana dan "mudah dipahami".

"Itu (kopi) merupakan cara kami menikmati hari," ungkap seorang barista bernama Maurizio Casula seperti dikutip dari cbsnews.com pada Minggu (26/11/2017).

Ketika disinggung tentang rencana Starbuck untuk membuka gerainya di Italia, nada suara Casula langsung berubah.

"Bisakah kita menghentikannya?," tanya Casula.

"Saya suka Starbucks, namun ini seperti sebuah invasi yang besar," imbuhnya.

Di Italia, nyaris seluruh tradisi berjalan dengan baik, tak terkecuali persoalan menyeruput kopi. Namun dengan rencana Starbucks untuk membuka gerai kopi pertamanya di Milan tahun depan, apakah budaya kopi Italia terancam? Sementara, faktanya cookies dan cream frozen cappucino sudah ada di negara itu.

Bahkan sebelum rencana Starbucks, sejumlah gerai kopi bergaya Amerika sudah bermunculan.

David Nathaniel, warga Italia yang merupakan pemilik gerai kopi modern, 12oz! Coffee Joint, mengatakan ia berencana untuk membuka lebih banyak kedai dalam kurun lima tahun ke depan. Kedai miliknya menyajikan kopi dalam wadah sekali pakai.

"Kami tidak ingin orang tinggal lama di konter," ujar Nathaniel.

Ia membela bisnisnya dengan mengatakan, "Mengapa tidak memberikan warga Italia kesempatan untuk memiliki alternatif?".