Liputan6.com, Hawaii - Di tengah meningkatnya uji coba rudal oleh Korea Utara, Hawaii mengaktifkan kembali sistem peringatan misil era Perang Dingin.
Sistem peringatan tersebut kelak akan digunakan untuk memberi instruksi pada masyarakat agar memantau perkembangan dengan menyalakan televisi dan radio serta segera berlindung jika terjadi serangan.
Baca Juga
"Uji coba rudal yang terus berlangsung dan meningkatnya kemampuan nuklir Korea Utara tidak dapat diabaikan," terang Vern Miyagi dari Hawaii Emergency Management Agency seperti dikutip dari News.com.au pada Selasa (28/11/2017).
Advertisement
Menurut Miyagi, per 1 Desember, sistem peringatan serangan akan diuji setiap bulannya.
"Jika empat atau lima bulan lalu ada yang mengatakan bahwa langkah ini akan diambil, mungkin saya akan mengatakan, itu gila. Tapi belakangan banyak hal terjadi," tutur Miyagi seperti dilansir USA Today.
Miyagi menjelaskan, jika Korea Utara melancarkan serangan, warga Hawaii akan diberi tahu bahwa mereka memiliki waktu sekitar 15 menit untuk berlindung. Saran perlindungan dasar dari pemerintah adalah "masuk ke dalam, tetap tinggal di dalam dan siaga informasi".
"Tidak ada waktu untuk menghubungi orang-orang yang kita cintai, menjemput anak atau pergi ke tempat perlindungan yang telah ditentukan," terang Miyagi.
Langkah pengaktifan ini diambil di tengah perang kata-kata yang intens antara Presiden Amerika Serikat dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Beberapa waktu lalu, Kim Jong-un memanggil Trump dengan julukan "orang tua yang gila" dan sebaliknya Trump menjulukinya "rocket man".
Pada 23 November lalu, Trump telah mengumumkan Korea Utara sebagai negara sponsor terorisme. Langkah ini diambil sembilan tahun setelah George W. Bush menghapus Korea Utara dari daftar yang sama.
Kesiagaan Hawaii
Sebenarnya, masyarakat Hawaii telah diminta bersiaga sejak berbulan-bulan lalu menyusul meningkatnya perang retorika antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
Pada September lalu, media-media lokal Hawaii melaporkan ada pertemuan tertutup di antara pejabat negara bagian tentang kemungkinan dampak dari serangan nuklir Korut.
Dalam pertemuan itu, para pejabat menduga serangan nuklir Korut akan lebih mengerikan dibanding meminta warga untuk bersiap menghadapi serangan tsunami atau gempa bumi.
Sementara itu, Gene Ward, State Representative Hawaii mengatakan generasi muda Hawaii kemungkinan lebih takut menghadapi ancaman ataupun dampak dari serangan nuklir.
"Mereka tidak pernah merasakan bagaimana tingal di penampungan atau latihan evakuasi, karena mereka tidak pernah melakukannya. Hal seperti itu bagai mimpi buruk bagi generasi muda," kata Ward.
Meski demikian, Washington Post melaporkan warga Hawaii tidak panik jika sewaktu-waktu Korut menyerang mereka.
Menurut The Post, persiapan menghadapi bencana macam tsunami atau badai bukanlah hal baru bagi warga Hawaii. Meski dalam persiapan tersebut, entah itu makanan, air dan obat-obatan wajib untuk kebutuhan tujuh hari, namun mereka justru mempersiapkan lebih dari itu.
Hawaii adalah rumah bagi markas Komando Pasifik Amerika Serikat.
Advertisement