Liputan6.com, Nairobi - Uhuru Kenyatta telah dilantik menjadi Presiden Kenya untuk kali kedua. Hal tersebut mengakhiri pesta demokrasi yang berlangsung tak kondusif selama beberapa bulan terakhir.
Para pendukung bersorak saat Kenyatta mengucapkan sumpahnya dalam upacara pelantikan di Stadion Kasarani, Nairobi. Sementara itu, polisi menembakkan gas air mata kepada sejumlah orang yang mencoba masuk.
Dikutip dari CNN, Selasa (28/11/2017), pelantikan itu digelar setlah Mahkamah Agung (MA) Kenya telah memutuskan bahwa Kenyatta telah memenuhi semua persyaratan konstitusional pada 27 November. Hal itu membuka jalan bagi pria 56 tahun itu untuk menjabat kembali sebagai presiden.
Advertisement
Namun pihak oposisi menolak keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa tindakan itu dibuat di bawah tekanan.
Pemilihan Presiden Kenya pada tahun ini penuh dengan kontroversi, di mana terdapat tuduhan bahwa pemungutan suara dipenuhi dengan kecurangan.
Baca Juga
Pada September 2017, Mahkamah Agung Kenya memutuskan untuk membatalkan hasil pemilihan umum yang diadakan pada bulan Agustus. Mereka menginstruksikan untuk segera dilaksanakan pemilihan ulang.
Kebijakan seperti itu baru pertama kalinya dilakukan di negara di Afrika tersebut.
MA menyidangkan perkara pemilu setelah kandidat dari kubu oposisi pimpinan Raila Odinga menyerahkan berkas gugatan. Dalam pipres pertama, yang kemudian diulang, Kenyatta menang dengan 98 persen suara.
Menjelang pelantikan Kenyatta, partai oposisi National Super Alliance (NASA) meminta para pendukungnya untuk tak memedulikan upacara pelantikan. Sebaliknya, partai tersebut meminta pendukungnya untuk menghadiri upcara peringatan untuk korban kebrutalan polisi dan pembunuhan di luar proses hukum.
Namun polisi di Nairobi, Kenya, mengatakan, pihak berwenang belum menerima pemberitahuan adanya unjuk rasa yang diselenggarakan oleh Partai NASA.
Â
Pekerjaan Pertama Uhuru Kenyatta
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Afrika Timur, Kenya merupakan rute perdagangan krusial di Afrika dan memberi penyangga stabilitas penting di kawasan.
Pesta demokrasi Kenya telah menyebabkan kekacauan politik di negara terkaya di Afrika Timur. Perpecahan etnis yang mendalam dinilai menjadi pekerjaan pertama yang perlu ditanagani Kenyatta dengan cepat.
Kenyatta berasal dari kelompok etnis terbesar di Kenya, Kikuyu. Kelompok tersebut telah lama dianggap memiliki kekuatan ekonomi dan politik terkuat di Kenya.
Sementara itu Odinga berasal dari kelompok etnis Luo, di mana beberapa pihak mengatakan bahwa kelompok itu telah terpinggirkan selama beberapa tahun terakhir.
Polisi Kenya telah mengonfirmasi bahwa setidaknya terdapat 14 orang yang tewas hingga Mahkamah Agung mengumumkan keputusannya pada minggu lalu. Namun, pihak oposisi membantah angka tersebut.
Menurut Human Rights Watch and Amnesty International pada Oktober lalu, korban tewas akibat kekerasan yang berkaitan dengan pemilihan presiden yang berlangsung sejak Agustus hingga pertengahan September mencapai 67 orang.
Pada 26 November, Kenyatta menyerukan para politkus Kenya untuk mengesampingkan perbedaan untuk membangun Kenya yang lebih kuat.
"Di dalam dunia politik, adalah normal untuk memiliki perbedaan politik, tapi itu tidak berarti kita tidak bisa hidup berdampingan dan hidup bersama dalam damai," ujar Presiden Kenyatta dalam pelayaan gereja.
Berbicara dalam acara yang sama, Wakil Presiden William Ruto menyeru warga Kenya untuk menolak penyebaran kebencian dan perpecahan.
"Mari kita semua memutuskan bahwa kita akan menolak kebencian, etnisitas egatif, dan menolak politik yang memecah belah sehingga kita dapat hidup bersama sebagai satu bangsa," ujar Ruto.
Advertisement