Sukses

Penjahat Perang Bosnia Tewas Usai Tenggak Racun Saat Sidang

Seorang penjahat perang Bosnia nekat menenggak racun saat menghadiri sidang International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia.

Liputan6.com, Den Haag - Seorang penjahat perang Bosnia dalam sebuah pengadilan di Den Haag melakukan aksi nekat sekaligus dramatis. Slobodan Praljak, di tengah-tengah sidang, tiba-tiba menenggak sebuah botol yang ia klaim berisi racun.

Praljak, adalah salah satu dari enam mantan militer dan politisi Bosnia Kroasia yang diseret ke International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY).

Pada tahun 2013, Praljak dituntut hukuman 20 tahun penjara karena melakukan kejahatan perang di kota Mostar.

Mendengar keputusan sidang terbaru yang digelar pada Rabu 29 November 2017, bahwa hukumannya akan diperberat, dia berteriak dengan marah, "Praljak bukan penjahat. Saya menolak keputusan itu dan saya meminum racun".

Dikutip dari BBC pda Rabu (28/11/2017), Praljak berdiri dan mengangkat tangannya ke arah mulut. Ia diduga membawa botol kaca kecil yang ia klaim berisi cairan lalu menenggaknya.

Hakim ketua Carmel Agius segera menghentikan persidangan dan sebuah ambulans dipanggil.

"Baiklah," kata hakim itu. "Kami menangguhkan sidang. Kami menangguhkan sidang. Tolong, gordennya. Jangan lupa botol kaca yang dia gunakan saat dia minum sesuatu."

Sebelum tirai diturunkan, ruang sidang yang menggeret penjahat Perang Bosnia itu terlihat dalam keadaan kacau. Demikian wartawan BBC Anna Holligan melaporkan dari Den Haag.

Sebuah ambulans kemudian tiba di luar gedung pengadilan, sementara sebuah helikopter melayang di atas tempat kejadian.

Beberapa petugas medis juga bergegas masuk ke gedung sambil membawa peralatan.

Lebih dari satu jam setelah kejadian tersebut, seorang petugas pengadilan mengatakan kepada kantor berita Inggris bahwa Praljak masih "dirawat".

Media-media Kroasia melaporkan Praljak telah tewas. Laporan itu diperkuat oleh konfirmasi dari Perdana Menteri Kroasia yang menyatakan pria 72 tahun itu meninggal dunia. 

Praljak, mantan Menteri Pertahanan sekaligus komandan staf utama pasukan pertahanan Kroasia Bosnia (HVO), dipenjara karena kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Perang Bosnia.

Kala itu, sejumlah tentara mengumpulkan muslim di Prozor pada musim panas 1993 untuk dibantai. Praljak, sebagai komandan staf utama dianggap telah gagal melakukan upaya serius untuk menghentikan tindakan tersebut. Demikian pengadilan kejahatan perang PBB menemukan bukti itu.

Dia juga gagal untuk bertindak berdasarkan informasi bahwa pembunuhan itu direncanakan.

Sebagai komandan, dia gagal menghentikan serangan terhadap anggota organisasi internasional, dan penghancuran Jembatan Tua serta masjid bersejarah di Kota Mostar.

Mereka yang hadir bersama Praljak dalam persidangan kali ini termasuk Jadranko Prlic, mantan Perdana Menteri Bosnia Kroasia yang memisahkan diri.

Didirikan oleh mandat Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993, ICTY yang dibuat untuk menghukum penjahat Perang Bosnia akan ditutup saat mandatnya berakhir pada akhir tahun.

2 dari 2 halaman

Jagal Muslim Bosnia Temui Nasibnya

Pengadilan kali ini masih sambungan pengadilan marathon ICTY yang mandatnya akan berakhir pada Desember 2017.

Sebelumnya, pengadilan ini telah menjatuhkan vonis bersejarah terhadap penjagal muslim Bosnia, Ratko Mladic.

Mladic diputuskan bersalah atas genosida dan tuduhan kriminal lainnya dalam Perang Balkan. Atas keputusan itu, ia dihukum seumur hidup.

Hakim yang membaca putusan tersebut pada Rabu mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Mladic adalah "hal paling kejam yang diketahui manusia".

Keputusan itu diambil setelah persidangan yang berlangsung selama empat tahun, dan melibatkan hampir 600 saksi.

Banyak dari mereka merinci horor yang dilakukan oleh pasukan di bawah komando Mladic selama perang di Bosnia dari tahun 1992 sampai 1995. Para saksi juga mengisahkan tentang pembantaian Juli 1995 terhadap lebih dari 7.000 pria dan anak laki-laki muslim Bosnia di Srebrenica.

Mladic si penjagal muslim Bosnia juga terbukti mendalangi pengeboman di Sarajevo, ibu kota Bosnia.

Persidangan Mladic menandai tuntutan besar terakhir yang disidangkan oleh Pengadilan Pidana Internasional untuk Wilayah Bekas Yugoslavia (ICTY), yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB lebih dari dua dekade yang lalu.

Tuntutan terhadap si penjagal muslim Bosnia tersebut dianggap sebagai pengadilan kejahatan perang yang paling penting di Eropa sejak Pengadilan Nuremberg terhadap pelaku Nazi.

Dari 161 orang yang didakwa oleh pengadilan atas tuduhan kejahatan perang, tidak ada yang tersisa hari ini.

Dalam banyak kasus, para pelakunya dilacak setelah perburuan internasional menyeluruh yang berlangsung lebih dari satu dekade.

Mladic bersembunyi pada 1997, dan baru ditangkap pada 2011, ketika polisi Serbia menemukannya tinggal di sebuah desa sepupu dekat perbatasan Rumania.

Keyakinan Mladic mengikuti pemimpin politik Serbia yang membawa negaranya berperang di Bosnia. Sang pemimpin, Radovan Karadžić dihukum oleh pengadilan tahun lalu atas kejahatan terhadap kemanusiaan, dan dijatuhi hukuman 40 tahun penjara.

Perang pecah pada 1992 karena bekas Yugoslavia ambruk, dan Bosnia mengumumkan kemerdekaannya. Pasukan Serbia pada awalnya berusaha untuk mempertahankan wilayah Serbia Bosnia, tapi segera menyebarkan kekerasan ke seluruh negeri.

Keputusan Rabu itu membuktikan bahwa Mladic si penjagal muslim Bosnia menganiaya orang-orang Kroasia dan muslim lainnya dengan tujuan menciptakan wilayah yang "ethnically clean".