Sukses

Geger, Donald Trump 'Retweet' 3 Video Anti-Muslim

Donald Trump me-retweet tiga video dari akun seorang perempuan sayap kanan Inggris yang mengandung pesan kebencian terhadap muslim.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu kegeraman dunia. Pasalnya, pria berusia 71 tahun itu me-retweet tiga video dari akun seorang perempuan sayap kanan Inggris yang mengandung pesan kebencian terhadap muslim.

Perempuan tersebut adalah Jayda Fransen. Ia merupakan Wakil Ketua Britain First, kelompok sayap kanan dan ultra-nasionalis.

Trump yang sebelumnya menyebut bahwa migran dari negara-negara mayoritas muslim mengancam keamanan Eropa dan AS, kerap me-retweet konten yang sesuai dengan pandangan politiknya, dan tak jarang menimbulkan kehebohan.

Namun, ia jarang mentwit pesan ofensif, seperti yang ia lakukan pada 29 November 2017 itu. Hal tersebut pun langsung memicu kegeraman hebat dari komunitas dunia, termasuk Inggris.

Merespons hal tersebut, Fransen menyambutnya dengan gembira, di mana ia mengatakan bahwa video tersebut telah ditonton oleh hampir 44 juta pengikut Trump di Twitter. "SEMOGA TUHAN MEMBERKATIMU!" tulis Fransen dengan huruf kapital.

Sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders, membela cuitan Donald Trump itu. Kepada awak media, ia mengatakan bahwa Trump melakukan hal tersebut untuk memulai percakapan tentang keamanan perbatasan dan imigrasi.

"Saya pikir tujuannya adalah untuk mempromosikan perbatasan dan keamanan nasional yang kuat," ujar Sanders seperti dikutip dari CNN, Kamis (30/11/2017).

Sanders juga menghiraukan pertanyaan tentang apakah video tersebut asli dan memilih menjawab "ancamannya nyata". Ia membela Trump dengan mengatakan bahwa keaslian video itu tak menjadi masalah.

"Itulah yang Presiden bicarakan, itulah yang menjadi perhatian Presiden, menghadapi ancaman nyata tersebut," ujarnya.

Salah satu video yang di-retweet Donald Trump memperlihatkan apa yang disebut Fransen sebagai "migran muslim" memukul seorang remaja Belanda yang mengenakan tongkat. Kantor Jaksa Agung Belanda yang menangani kasus tersebut mengatakan, insiden itu terjadi pada Mei 2017 dan tersangka lahir serta besar di Belanda.

Seorang juru bicara tak berkomentar ketika ditanya tentang agama remaja yang jadi tersangka, dengan mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan kebijakan mereka.

Pada November 2016, Fransen dinyatakan bersalah setelah memaki seorang perempuan muslim berhijab dengan empat anakanya. Ia didenda oleh pengadilan dan diperintahkan untuk membayar sejumlah uang.

Fransen juga pernah menggunakan kata-kata yang mengancam dan menghina saat berpidato di Belfast, Irlandia Utara. Ia dijadwalkan akan hadir di pengadilan wilayah tersebut pad 14 Desember.

 

 

2 dari 2 halaman

Memicu Kemarahan di Inggris

Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Trump salah. Ia menambahkan bahwa Birtain First bertujuan untuk memecah belah masyarakat melalui ujaran kebencian yang menjajakan kebohongan dan memicu ketegangan.

Sementara itu seorang anggota pemerintahan konservatif senior Inggris, Sajid Javid, merespons hal itu melalui Twitter.

"Jadi POTUS (Presiden AS) telah mendukung pandangan dari sebuah organisasi rasis yang penuh kebencian dan orang-orang seperti saya. Ia salah dan saya menolak membiarkannya dan tak berkata apa-apa," tulis Javid.

Sementara itu Brendan Cox menyebut bahwa Trump telah melegalkan gerakan sayap kanan di AS. Brendan adalah suami Jo Cox, anggota Parlemen Inggris yang tewas dibunuh tahun lalu oleh seorang pria yang meneriakkan "Britain First" ketika menyerang.

"Menyebarkan kebencian teah menimbulkan konsekuensi dan Presiden harusnya malu dengan dirinya sendiri," tulis Brendan di akun Twitter-nya.

Ketika ditanya soal I-an Donald Trump mantan Direktur Intelijen Nasional (DNI), James Clapper, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Presiden AS itu "aneh dan mengganggu".

Sementara itu mantan Grand Wizard atau pemimpin Ku Klux Klan (KKK), David Duke, memuji apa yang dilakukan Trump -- KKK adalah kelompok rasis ekstrem di AS.

"Terima kasih Tuhan untuk Trump! Karena itu lah kami mencintaiya!" ujar Duke.