Sukses

Mantan Politisi Selandia Baru Jadi Ikon Gay di Jepang, Kok Bisa?

Mantan anggota Parlemen Selandia Baru meraih popularitas di Jepang, berkat dukungannya terhadap kaum gay dan pasangan sesama jenis.

Liputan6.com, Tokyo - Beberapa pekan lalu, nama Maurice Williamson mungkin masih asing di telinga orang Jepang. Namun kini namanya terangkat, setelah menjadi ikon gay di Negeri Tirai Bambu itu.

Popularitas mantan politisi dan anggota Parlemen Selandia Baru itu didapatkan setelah banyak orang Jepang yang berterima kasih atas video pidatonya pada empat tahun lalu terkait pernikahan sesama jenis.

Publik Jepang sendiri masih memperdebatkan perihal kesetaraan perkawinan. Beberapa kota di Jepang memang sudah mengakui keberadaan pasangan gay. Namun, pernikahan sesama jenis masih ilegal di sana. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Kamis (30/11/2017).

Video berusia empat tahun itu kini kembali muncul ke permukaan, setelah seseorang mengunggahnya di Twitter dengan mencantumkan subtittle berbahasa Jepang dan diberi penjelasan: "pidato yang dikagumi oleh seluruh dunia pada masanya."

Rekaman pidato itu dipakai untuk menanggapi komentar dari Wataru Takeshita, Ketua Umum Dewan Demokratik Liberal Jepang.

Takeshita sebelumnya dikritik, karena mendesak agar pasangan sesama jenis yang menjadi tamu negara tidak diperbolehkan makan malam bersama Kaisar atau Permaisuri Jepang. Meskipun ia sudah meminta maaf. Namun dukungan pada video pidato Williamson terus bermunculan.

Monolog Williamson itu kini telah mendapat hampir 173 ribu retweet, dengan lebih dari 300 ribu likes dan ratusan komentar.

Williamson sendiri sebelumnya membacakan pidato itu pada saat pemungutan suara Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesetaraan Pernikahan di Wellington, Selandia Baru, pada 2013.

Dalam pidato itu, Williamson berkata, "Semua yang kita lakukan dengan RUU ini adalah demi mengizinkan dua orang yang saling mencintai untuk terikat dalam pernikahan. Itulah yang kita upayakan."

"Saya berjanji kepada pihak oposisi saat ini, matahari akan terbit esok."

"Anak gadis Anda akan tetap membantah Anda seolah-olah dia mengetahui segalanya. Your mortgage will not grow," tambahnya.

"Hal itu (pernikahan sesama jenis) tidak akan membuat Anda terkena penyakit kulit atau ruam, atau muncul katak di kasur anda. Jadi, jangan membuat hal ini menjadi besar."

Ucapan Williamson itu turut membantu dilegalkannya pernikahan sesama jenis di Selandia Baru, membuatnya menjadi negara Asia Pasifik pertama yang melakukannya.

Seorang pengguna Twitter asal Jepang turut menimpali video itu dengan berkomentar, "Sebuah pidato yang indah! Terima kasih."

Ada juga tanggapan lain, seperti, "Kita membutuhkan sosok seperti ini di Jepang. Seseorang yang memperjuangkan cinta."

"Saya membayangkan, jika hari itu datang ketika pindato indah ini dapat didengar di Jepang," tulis pengguna lainnya.

Williamson yang saat ini adalah Konsul Jenderal Selandia Baru untuk Amerika Serikat, turut menanggapi popularitas barunya di Twitter, seraya berterima kasih kepada para penggemarnya di Jepang.

 

2 dari 2 halaman

Senat Australia Setujui Pernikahan Sesama Jenis

Negara Asia Pasifik lainnya, yakni Australia, kini setahap lebih dekat untuk melegalkan pernikahan sesama jenis.

Hanya dua pekan setelah rakyat Australia secara meyakinkan mendukung pernikahan sesama jenis lewat sebuah survei nasional, Senat Australia mengambil langkah serupa.

Senat Australia menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) yang memungkinkan praktik tersebut. Sebanyak 43 senator menyetujuinya berbanding 12 suara yang menentang. 

RUU itu disetujui setelah mayoritas Senator menolak sejumlah amandemen dari golongan konservatif. Mereka hendak melindungi orang-orang yang menolak memberikan pelayanan profesional terhadap pasangan sesama jenis karena alasan agama, seperti pendeta urusan perkawinan, petugas catatan sipil, pemilik jasa katering dan pemilik kedai bunga.

Menurut Penny Wong, seorang senator gay, disetujuinya RUU ini mengisyaratkan kepada kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), bahwa Australia menerima mereka apa adanya. Mereka secara status tidak berbeda dengan orang-orang heteroseksual.

Pemungutan suara selanjutnya atas RUU itu akan dilangsungkan pekan depan di Dewan Perwakilan Rakyat Australia. Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull yang tergolong konservatif, telah berjanji untuk memastikan RUU itu disepakati sebelum natal.