Sukses

Terkuak, Kemampuan Rudal China yang Dijuluki 'Senjata Kiamat'

China menguak keberadaan senjata terkuatnya, berupa rudal balistik antarbenua atau ICBM Dongfeng-41 (DF-41).

Liputan6.com, Beijing - China menguak keberadaan senjata terkuatnya, berupa rudal balistik antarbenua (ICBM). Kedigdayaan misil yang diberi nama Dongfeng-41 (DF-41) tersebut sama sekali tak boleh diremehkan.

Rudal itu memiliki panjang 16,5 meter dengan diameter 2,78 meter dikembangkan untuk menyaingi rudal generasi ke-6 milik Barat, seperti LG-30 Minuteman kepunyaan Amerika Serikat dan RT-2PM2 milik Rusia.

DF-41 mampu membawa hingga 10 hulu ledak, dengan berat masing-masing antara 100 kiloton, 200 kiloton. Ia bahkan bisa menggendong yang ukurannya megaton. Daya jangkaunya antara 12.000 hingga 15.000 kilometer.

Jangkauan tersebut lebih jauh dari Hwasong-15, rudal Korea Utara yang diluncurkan pada Rabu dini hari 29 November 2017, yang bisa menjangkau hingga 13.000 kilometer -- jika diluncurkan mendatar, bukan melambung.

Media China, People's Daily Online menyebut, DF-41 bisa digunakan paling cepat pada semester pertama tahun 2018.

Ahli militer, Yang Chengjun, dalam sebuah program televisi yang disiarkan di China Central Television (CCTV) awal pekan ini menyebut, DF-41 adalah rudal strategis China yang teranyar, tercepat, paling gesit, dan tepat sasaran.

"Rudal tersebut bisa menyerang target di seluruh penjuru Bumi, yang memungkinkan China melawan balik serangan nuklir yang dilancarkan pihak lain," kata Yang, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (30/11/2017).

Sejumlah media Tiongkok menyebut, uji coba yang dilakukan memiliki tingkat keberhasilan mencapai 100 persen.

Sementara itu, Dr Malcolm Davis, analis senior di Australian Strategic Policy Institute mengatakan, DF-41 adalah rudal balistik antarbenua milik China yang paling canggih.

"Mudah dipindahkan, ICBM berbahan bakar padat, yang bisa menjangkau semua target di daratan Amerika Serikat," kata Davis.

DF-41, dia menambahkan, berjenis MIRV atau multiple independently targeted re-entry vehicles atau muatan rudal balistik berisi beberapa hulu ledak, yang masing-masing bisa menghantam target berbeda.

"Itu berarti rudal tersebut bisa membawa sejumlah hulu ledak -- hingga 10 hulu ledak berukuran masing-masing sekitar 150 kiloton, atau hulu ledak tunggal yang ukurannya hingga 3 megaton," kata Davis.

Ia mengatakan, 24 misil D-41 bisa mengirimkan hingga 20 hulu ledak ke wilayah Amerika Serikat.

"Sementara Hwasong-15 milik Korea Utara sama sekali bukan tandingan. Rudal Korut itu hanya bisa membawa satu hulu ledak," tambah dia.

D-41, Davis menambahkan, juga bisa membawa penetration aids (penaids) -- teknologi atau alat yang dirancang untuk membingungkan sistem pertahanan rudal AS.

"Mereka (China) juga mengembangkan peluncur hipersonik (hypersonic glide vehicle) yang bisa membawa masing-masing hulu ledak, meluncur hingga kecepatan Mach 20 pada altitude sangat tinggi dan lintasan yang bersifat mengelak," kata dia.

Hypersonic glide vehicle milik China tersebut diberi nama DF-ZF, yang akan ikut diluncurkan di atas rudal DF-41, di mana hulu ledak biasa diletakkan.

"Baijing ingin memastikan rudal balistik antarbenua (ICBM) milik China, seperti DF-41, bisa melumpuhkan sistem pertahanan misil Amerika Serikat," kata Davis. 

 
2 dari 2 halaman

'Senjata Pemicu Kiamat'

Aktivis perlucutan senjata nuklir, John Hallam mengatakan, DF-41 milik China bisa dikatakan sebagai rudal nuklir paling kuat di dunia. Ia bahkan menyebutnya sebagai 'senjata pemicu kiamat' (ultimate doomsday weapon) -- yang bisa mengancurkan kehidupan atau memicu kerusakan besar di muka Bumi. 

"Sesuatu yang sangat besar, bisa diperbandingkan dengan rudal paling besar milik Rusia termasuk Sarma yang baru diuji coba baru-baru ini," kata Hallam.

Ia menambahkan, beredar rumor dan klaim penampakan soal DF-41. Rudal itu konon juga telah diuji coba.

Selama ini, kekuatan strategis China mengandalkan rudal DF-5 yang agak 'kuno', yang masing-masing bisa membawa hulu ledak tunggal hingga seberat 5 megaton.

"Selama beberapa waktu, hanya ada 20 rudal. Namun, dalam beberapa tahun saja, China terus memperbarui DF-5, hingga jumlahnya sekitar 30 buah saat ini. Kini, mereka bahkan mulai menambahkan sesuatu seperti DF-41," kata dia.

DF-41 niscaya berdampak mematikan jika digunakan dalam konflik. "Bayangkan, hanya dengan satu rudal, namun mampu membawa 10 hulu ledak...itu bisa menghancurkan sejumlah kota besar atau fasilitas militer strategis di Amerika Serikat," kata Hallam.

DF-41 yang bisa memuat banyak hulu ledak besar, ditambah dengan akurasi yan mumpuni, ideal untuk menghancurkan sejumlah kota. Rudal itu juga bisa dipasang pada TEL (Transporter-Erector-Launcher) yang mudah bergerak.

Dengan posisi yang tak ajeg alias bisa dipindah-pindah, hal itu menjadikannya tak mudah jadi target serangan balasan lawan.

"Perlu digarisbawahi bahwa China selalu mengatakan tak punya kebijakan untuk memulai serangan. Memberlakukan doktrin No First Use (NFU). Tiongkok adalah satu-satunya negara dengan kekuatan senjata nuklir yang mengadopsi NFU," kata Hallam.

Namun, selalu ada kekhawatiran jika sejumlah elite militer China mendorong agar kebijakan itu diganti. (Ein)