Liputan6.com, Havana - Tepat hari ini 56 tahun silam, Fidel Castro yang menjadi Pemimpin Kuba mengumumkan secara terbuka, bahwa ia adalah seorang Marxisme-Leninisme.
Pengumuman itu ia buat di tengah hubungan 'panas' Kuba-Amerika Serikat (AS) selama bertahun-tahun.
Castro berkuasa di Ibu Kota Havana sejak tahun 1959, setelah sukses memimpin sebuah revolusi melawan rezim diktator Fulgencio Batista.
Advertisement
AS sendiri sejak awal sudah khawatir dengan pandangan politik Castro yang terlalu 'kiri'. Hal itu kemudian terbukti dengan 'Reformasi Agraria' yang dilakukannya. El Comandante juga turut mengimplementasikan ideologi kirinya itu, dengan mengambil alih kepemilikan perusahaan minyak asing hingga menyita semua properti milik asing yang ada di Kuba.
Dilansir dari History Channel, Castro juga membuat Kuba 'mendekatkan diri' pada Uni Soviet. Kedekatan itu membuat Soviet segera memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada negara di Amerika Tengah itu.
Melihat tindak-tanduk Castro tersebut, AS akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba pada Januari 1961. Tidak berhenti di situ saja, pada April di tahun yang sama mereka coba mengerahkan ratusan pemberontak Kuba yang telah dipersenjatai untuk menggulingkan Castro. Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Invasi Teluk Babi.
Namun nahas, serangan itu berakhir dengan kekalahan militer yang suram bagi AS. Hal tersebut turut menandai kemunduran diplomatik yang memalukan bagi Negeri Paman Sam.
Pada Desember 1961, Castro akhirnya menyatakan sebuah pendapat yang telah lama dipercaya oleh publik AS. Dalam sebuah pidato di televisi pada 2 Desember, ia berseru, "Saya adalah seorang Marxisme-Leninisme, dan akan terus seperti itu sampai akhir hayat."
Castro lalu mendeklarasikan bahwa komunisme akan menjadi kekuatan dominan di Kuba, yang juga menjadi gerakan revolusi dari kaum pekerja.
Beberapa pihak awalnya mempertanyakan dedikasi Castro terhadap pilihannya menjadi seorang Komunis, sambil memperikirakan bahwa itu hanyalah sebuah aksi untuk menarik perhatian Soviet demi mendapatkan bantuan. Namun begitu, ia tidak pernah menyimpang dari prinsip yang dipegangnya itu.
Hal tersebut bahkan menjadikannya sebagai salah satu kepala negara yang paling lama menjabat di dunia.
Castro baru turun takhta pada Juli 2006, setelah kondisinya sudah tidak sehat lagi. Jabatan kepala negara itu diserahkan kepada adik laki-lakinya, Raul. Castro kemudian tutup usia pada 25 November 2016, pada usia yang ke-90 tahun.
Pada hari yang sama tahun 1988, Benazir Bhutto menjadi wanita pertama yang resmi menjadi pemimpin Pakistan. Ia memimpin negara Muslim itu pada masa pasca-kolonial.
Sementara itu pada tanggal 2 Desember 1915, Albert Einstein mempublikasikan teorinya mengenai relativitas umum. Teori ini merupakan penjelasan gravitasi termutakhir dalam fisika modern