Sukses

Jenderal Rusia Diduga Dalang Jatuhnya Malaysia Airlines MH17

Jenderal Nikolai Tkachyov, seorang petinggi militer Rusia, diduga menjadi dalang di balik jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.

Liputan6.com, Ukraina - Sebuah kelompok investigasi internasional mengaku mengidentifikasi seorang jenderal senior militer Rusia terkait jatuhnya Malaysia Airlines MH17.

Jenderal itu menjadi figure of interest atau terduga dalam insiden MH17 yang dihantam rudal di Ukraina timur pada 2014 silam.

Kelompok investigasi bernama Bellingcat, yang menggunakan teknik digital canggih untuk menganalisis data audio dan visual, mengeluarkan laporannya hari Jumat 8 Desember 2017.

Mereka menyatakan, seorang lelaki yang diidentifikasi bernama Delfin terekam dalam sebuah komunikasi. Perbincangan itu diklaim telah disadap.

Deflin belakangan diketahui sebagai Jenderal Nikolai Tkachyov, yang sekarang bertugas sebagai Inspektur Kepala Distrik Militer Pusat Rusia.

Sementara, tim Investigasi Gabungan (Joint Investigation Team/JIT) yang dipimpin Belanda juga menyelidiki jatuhnya pesawat milik negeri jiran.

JIT melaporkan temuannya bulan September 2016, salah satunya berupa rekaman audio di mana ada dua orang di dalamnya. Keduanya lantas dikenali bernama Delfin dan Orion.

MH17 ditembak jatuh di wilayah konflik di Ukraina tanggal 17 Juli 2001 dan menewaskan 298 orang. JIT menyimpulkan bahwa pesawat itu ditembak di wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia.

Penyebab jatuhnya pesawat juga disinyalir akibat Buk-M3 (sistem peluru kendali) yang dibawa dari Rusia ke Ukraina.

Rudal ini kemudian dikembalikan ke Rusia, tidak lama sesudah penembakan itu.

Pemerintah Rusia dan separatis Ukraina membantah terlibat dalam jatuhnya MH17. Bulan Juli 2015, Rusia memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk membentuk mahkamah internasional yang bertujuan mengadili orang-orang yang bertanggung jawab atas penembakan itu. 

2 dari 2 halaman

Rudal Penembak MH17 Berasal dari Rusia?

Tim penyelidik internasional yang menyelidiki penembakan jatuhnya pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH17 di wilayah Ukraina timur, Juli 2014, mengatakan bahwa rudal BUK yang menghantam pesawat itu berasal dari Rusia.

"Berdasarkan penyelidikan pidana, kami menyimpulkan bahwa penerbangan MH17 ditembak jatuh oleh rudak BUK seri 9M83 yang berasal dari wilayah Federasi Rusia," kata ketua tim penyelidik dari Kepolisian Belanda, Wilbert Paulissen, dalam keterangan pers di Belanda, Rabu (28/09/2016).

Tim penyelidik yang dipimpin Belanda ini terdiri dari penyelidik dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia dan Ukraina.

Selain menyimpulkan rudal dibawa dari Rusia, mereka berhasil menentukan lokasi yang digunakan untuk meluncurkan rudal. Lokasi itu terletak sebuah lapangan dekat dengan Desa Pervomaiskiy di kawasan yang dikuasai pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur.

Menurut Wilbert Paulissen, peluncur roket Buk dibawa kembali ke Rusia sehari setelah penembakan.

Namun Rusia menolak tegas hasil penyelidikan.

"Tentu saja ini merupakan pernyataan provokatif ... tidak ada kaitannya dengan penyelidikan tragedi yang merenggut nyawa begitu banyak orang," ujar Leonid Slutsky, kepala komite parlemen untuk Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.

"Kesimpulan ini bermaksud mencapai satu tujuan saja, untuk lebih lanjut memarginalkan citra Rusia di kancah politik dan informasi global," tambahnya.

Kelompok pemberontak Ukraina membantah, mereka terlibat dalam peristiwa itu.

Keseluruhan penumpang dan awak kapal tewas ketika pesawat meledak di udara. Penerbangan sendiri dilakukan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, pada Juli 2014.

Sebagian besar penumpang adalah warga negara Belanda, selebihnya dari Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lain.