Sukses

PM Israel: Palestina Harus Terima Kenyataan Soal Yerusalem

Ia mengimbau kepada seluruh penduduknya agar pasrah, sehingga pihaknya bisa melanjutkan proses perdamaian solusi dua-negara.

Liputan6.com, Paris - Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sesumbar kalau warga Palestina harus menerima kenyataan soal Yerusalem.

Ia mengimbau kepada seluruh penduduknya agar pasrah, sehingga pihaknya bisa melanjutkan proses perdamaian solusi dua-negara (two-state solution).

"Semakin cepat warga Palestina menerima kenyataan ini, semakin cepat kita (Israel dan Palesrina) bergerak menuju perdamaian," ujar Netanyahu dalam sebuah pidato di Paris, Prancis, seperti dikutip dari BBC, Senin (11/12/2017).

Pidato yang ia sampaikan usai bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menegaskan bahwa upaya untuk menolak koneksi orang-orang Yahudi ke Yerusalem adalah sesuatu yang tidak masuk akal.

"Anda bisa membacanya dalam sebuah buku yang sangat bagus -- yang disebut Alkitab," katanya.

"Anda bisa mengetahui sejarah bangsa Yahudi melalui seluruh diaspora kita ... Di mana lagi ibu kota Israel selain di Yerusalem?" lanjutnya.

Netanyahu menyatakan bahwa Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan tidak pernah menjadi ibu kota negara lain.

Pernyataan tersebut ia utarakan di tengah gelombang demonstrasi yang sedang berlangsung di berbagai belahan dunia, terlebih di negara-negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim dan Arab.

2 dari 2 halaman

Aksi Unjuk Rasa 'Tumpah'

Pasca Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, kekerasan meletus di kedutaan AS di Lebanon dan banyak tempat lain di dunia.

Banyak anggapan yang menjelaskan bahwa keputusan Trump telah membalikkan dekade kenetralan AS terhadap status Yerusalem, sehingga menambah panjang konflik antara Israel dan Palestina.

Di Yerusalem sendiri, seorang warga Palestina ditangkap setelah menikam dan melukai seorang petugas keamanan Israel di stasiun bus.

Di Mesir, para ulama dan pastor juga dikabarkan telah membatalkan pertemuan dengan Pence. Ini dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan Negeri Paman Sam tersebut.

Di Beirut, polisi anti huru hara menggunakan gas air mata dan water cannon untuk menghentikan ratusan pemrotes agar tidak mencapai kedutaan AS.

Di Palestina, demonstrasi besar-besaran terjadi. Sementara itu, Israel mengatakan telah meledakkan terowongan di Gaza, dimana terowongan tersebut sedang digali untuk berlindung dari serangan militan.

Di Indonesia, ratusan orang berunjuk rasa di sekitar Kedubes AS di Jakarta dengan membawa spanduk bertuliskan "Palestina ada di hati kita".

Di Swedia, sebuah benda terbakar dilemparkan ke rumah ibadat di kota Gothenburg pada Sabtu malam.

Sementara itu, juru bicara Wakil Presiden AS Mike Pence, dengan sangat mengkritik otoritas Palestina, menyampaikan kekecewaannya terhadap Presiden Palestina Mahmoud Abbas karena menolak bertemu langsung dengan Pence.

"Amat disayangkan bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak untuk bertemu dengan Pak Pence saat beliau berniat mengunjungi wilayah tersebut," ucap juru bicara itu.

Sebagaimana diketahui, Yerusalem -- terutama Yerusalem Timur -- merupakan 'rumah' suci bagi tiga agama, yaitu Yahudi, Islam dan Kristen.

Israel selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur -- yang diduduki oleh Israel dalam perang 1967 -- sebagai ibu kota abadi Palestina.

Â