Sukses

Situasi Yaman Makin Memanas, Rusia Evakuasi Diplomatnya

Kegiatan diplomatik akan dilakukan dari ibu kota Arab Saudi, Riyadh, untuk sementara waktu.

Liputan6.com, Moskow - Rusia menangguhkan kedutaannya di Yaman untuk sementara waktu dan memerintahkannya untuk mengevakuasi semua diplomatnya.

Keputusan tersebut diambil menyusul semakin meningkatnya pertikaian antara pemerintah Yaman dengan pemberontak Houthi.

"Mengingat situasi terkini di Sanaa, kami memutuskan untuk menangguhkan kegiatan diplomatik Rusia di Yaman. Seluruh staf di kedutaan Rusia telah meninggalkan negara tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova kepada AFP, Selasa (12/12/2017).

Zakharova menjelaskan, Duta Besar Vladimir Dedushkin dan diplomat lainnya akan memenuhi tugas mereka dari ibu kota Arab Saudi, Riyadh.

"Duta besar dan beberapa anggota diplomatik Rusia untuk Yaman akan menjalankan tugas mereka dari Riyadh," tambahnya.

Kabar terakhir, kelompok pemberontak Houthi dilaporkan melancarkan serangan ke utara Yaman Senin 11 Desember 2017. Serangan tersebut menyasar para pengikut eks Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang tewas pada 4 Desember 2017 lalu.

Serbuan itu ditujukan kepada anggota partai pimpinan Saleh, Kongres Rakyat Umum (GPC), yang menunjukkan tanda-tanda bakal mengangkat senjata.

Akibatnya, 20 orang dilaporkan tewas. Houthi juga memutuskan internet, dan membredel sejumlah media. Serangan berlanjut ke utara provinsi Hajja dan menghancurkan 20 rumah.

Sedangkan selama peperangan terjadi, total korban yang terbunuh sebanyak 10.000 orang, mengungsikan tiga juta penduduk dan membawa Yaman ke ambang kelaparan. 

 

2 dari 2 halaman

Tewasnya Ali Abdullah Saleh

Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dikabarkan terbunuh dalam serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi.

Mengutip pemberitaan dari akun Twitter media Lebanon, LBCI Lebanon News, pasukan Houthi mengebom kediaman Saleh yang berada di pusat Sanaa.

"Pemberontak Houthi meledakkan rumah milik mantan Presiden Saleh di pusat Sanaa; keberadaannya tidak diketahui - warga," tulis akun @LBCI_News_EN pada Senin (4/12/2017) pukul 17:43 waktu setempat.

Sedangkan media Iran, Tasnim News Agency, mengabarkan bahwa Presiden Yaman yang memerintah tahun 1990 hingga 2012 itu terbunuh saat pergi ke Ma'arib, sebuah kota yang terletak di wilayah utara Yaman.

"Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh terbunuh oleh serangan pemberontak Houthi saat terbang ke Ma'arib: sumber informan," tulis akun @Tasnimnews_EN di waktu yang sama.

Saleh, yang dulunya adalah sekutu pemberontak Yaman, sebelumnya telah meminta koalisi pimpinan Arab Saudi untuk "membuka lembar baru" hubungan mereka. Kabar ini pun sampai di telinga pemberontak Houthi hingga akhirnya memicu pemberontakan yang lebih hebat lagi.

Perwakilan pasukan Houthi, Yahya al Mehdi, mengatakan kepada Sputnik Arabic bahwa Saleh diduga telah tewas. Namun, klaim tersebut ditolak mentah-mentah oleh partai politik yang didirikan oleh Saleh, General People's Congress Yemen.

Spekulasi kematian Saleh mencuat beberapa menit setelah kantor berita Reuters menerima laporan dari penduduk setempat bahwa pemberontak Houthi telah mengebom rumah Saleh di Sanaa.

Namun, sejauh ini masih belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai kematiannya. Terlebih, apabila Saleh benar-benar tewas dalam serangan itu, jasadnya masih belum ditemukan.