Sukses

Bola-Bola Es Misterius Muncul di Teluk Finlandia, Apa Itu?

Fenomena aneh ditemukan di Teluk Finlandia. Ratusan bola salju tiba-tiba muncul...

Liputan6.com, Saint Petersburg - Fenomena aneh terjadi di Teluk Finlandia yang luasnya hampir sama dengan kota Saint Petersburg, Rusia bagian timur. Ribuan bola es aneh ditemukan di sana.

Peristiwa ini menghebohkan warganet. Foto bola-bola es itu tersebar, meluas amat cepat di dunia maya. Sebagian besar netizen tak mempercayai peristiwa itu.

Bola es berbentuk bundar tersebut diperkirakan berdiameter 10 sentimeter. Seorang ahli ekologi asal Rusia percaya, fenomena munculnya ratusan bola es itu disebabkan oleh polusi minyak di laut.

"Tumpahan minyak di dalam air laut bisa menciptakan bola es, tapi itu bukan satu-satunya yang melatarbelakangi fenomena tersebut," kata Ilya Leukhin seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (14/12/2017).

Pengguna media sosial di Rusia memanfaatkan momen langka ini. Mereka memotret, merekam, mengunggahnya ke internet, hingga menjadikannya bahan lelucon.

Ada yang berkelakar bahwa telah terjadi perang bola salju secara besar-besaran di daerah itu, ada yang membandingkannya dengan buah cranberry, bahkan ada yang berceloteh bahwa bola es itu merupakan kaviar (telur) ikan paus yang terdampar di pantai.

Sebelumnya, seorang asisten profesor dari Departemen Perkiraan Meteorologi di St. Petersburg's Russian State Hydrometeorological University, Gennady Grakhovsky, mengemukakan pendapatnya kepada jaringan televisi Channel 5 di Rusia.

Ia berpendapat, bola-bola es itu terbentuk saat air laut yang beku bertemu dengan kondisi laut yang buruk.

"Karena membeku, air laut melewati tiga fase. Fase pertama disebut lumpur salju (slush), es halus yang mengapung di permukaan air laut," jelas Grakhovsky, seperti dikutip dari Sputnik.

"Bila air laut tenang, lumpur itu berubah menjadi bongkahan es. Bila laut yang tenang itu berombak, bongkahan itu akan dilumatkan menjadi seperti pancake. Namun, bila ombaknya besar, lumpur tadi membentuk gumpalan dan hasilnya adalah bola es itu," jelas Grakhovsky.

 

2 dari 2 halaman

Hujan Salju Turun di Musim Panas Rusia

Fenomena aneh sebelumnya dirasakan warga Murmanks yang berjarak 1.487 km di utara Moskow. Mereka akhirnya dapat bernapas lega. Pasalnya, hujan salju berhenti dan suhu udara di kota mereka naik menjadi empat derajat Celsius. 

Dikutip dari laman RBTH pada Juni lalu, kota itu sempat diguyur hujan salju lebat dan orang-orang mengeluhkan betapa dinginnya apartemen mereka.

Apalagi, salju turun di tengah musim panas ketika sistem pemanas sentral di Murmansk, dinonaktifkan.

Ini bukanlah situasi yang lazim terjadi. Meskipun Murmansk adalah salah satu kota paling utara dan paling dingin di Rusia, hujan salju di akhir Juni sangat jarang terjadi.

Namun sepanjang tahun ini, cuaca di Rusia benar-benar penuh kejutan.

Tak seperti wilayah Murmansk, Moskow tak terletak di kawasan Lingkar Arktik. Oleh sebab itu, warga ibu kota Rusia tak merasakan fenomena hujan salju pada Juni ini.

Namun, salju pada Mei lalu memaksa pemerintah untuk membatalkan tradisi parade aviasi militer selama perayaan Hari Kemenangan tanggal 9 Mei.

Selama musim semi lalu, cuaca di Moskow memang berubah-ubah dari cerah ke mendung, kemudian kembali cerah selama beberapa kali.

Namun, hari terberat jatuh pada 29 Mei 2017. Badai tropis memporak porandakan ibu kota Rusia. Angin puyuh mencabut pepohonan dari akarnya dan menerbangkan atap-atap bangunan.

Akibat bencana alam itu, sebanyak 18 orang warga dilaporkan meninggal dunia.

Setelah itu, ada hal lain yang terjadi pada 15 Juni. Hari itu menjadi hari terdingin selama musim panas dalam 138 tahun terakhir.

Air raksa pada alat pengukur temperatur jatuh hingga menyentuh angka 10 derajat Celsius. Meski demikian, hal ini dianggap tak begitu mengejutkan.

Akhir-akhir ini, alam semakin tidak terduga. Misalnya, saat hujan salju di Murmansk baru berhenti, cuaca di Siberia Timur sudah panas terik.

Menurut Oksana Salnikova, seorang ahli meteorologi dari Krasnoyarsk (3.352 km di timur Moskow), suhu di kotanya pada 21 Juni hampir mencapai rekor 37 derajat Celsius.

Sementara di bagian selatan Rusia, penduduk setempat mengeluhkan hujan yang tak kunjung henti. Pada awal Mei lalu di Vladikavkaz, ibu kota Osetiya Utara yang berjarak 1.503 km di selatan Moskow mengalami banjir.

Kota itu tampak seperti Venesia yang terkenal akan kota apungnya. Sementara hujan lebat belum mereda, lumpur telah menghancurkan jembatan sehingga memotong sejumlah akses ke desa-desa di pegunungan.

"Tidak ada air, tidak ada gas, dan tidak ada cahaya. Begitulah keadaan kami di sini," ujar seorang perempuan dari salah satu desa tersebut.

Para ilmuwan Rusia percaya bahwa kelainan alam saat ini berkaitan erat dengan pergerakan front cuaca.

Dmitry Kiktev selaku wakil direktur Hidrometeorologi Rusia, menjelaskan bahwa kondisi aneh ini terjadi karena pergerakan gelombang dingin dari Arktik dan cuaca hangat dari selatan di atmosfer, yang didorong oleh pemanasan global.

"Kondisi iklim menjadi semakin menggelisahkan," kata Kiktev kepada Kommersant.

Video Terkini