Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron pernah berjanji untuk melarang penggunaan telepon seluler di sekolah. Hal ini ia sampaikan selama berkampanye pada musim semi lalu.
Enam bulan setelah memenangi pemilu Prancis, ia dan pemerintahannya mencoba untuk menerapkan langkah baru dalam dunia pendidikan, salah satunya menyambut tahun ajaran bulan September 2018.
Baca Juga
Minggu lalu, Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer membahas isu tersebut di radio RTL.
Advertisement
"Kami sedang memproses rencana itu dan bisa saja kami memutuskannya berbeda. Anda mungkin memerlukan telepon genggam untuk pendidikan atau situasi darurat, jadi kemungkinan penggunaan ponsel hanya dibatasi untuk momen-momen tertentu di sekolah," ucap Blanquer, seperti dikutip dari ABC, Kamis (14/12/2017).
Langkah ini akan diberlakukan untuk seluruh siswa Prancis yang mulai bersekolah pada usia enam tahun, sampai kira-kira usia 15 tahun atau saat mereka masuk sekolah menengah atas.Â
Penyakit Masyarakat
Sebenarnya, hukum di Prancis telah lama melarang murid sekolah menggunakan ponselnya di kelas. Namun, larangan ini tak berlaku ketika mereka istirahat, makan siang, dan jam kosong.
Blanquer mengatakan, pemerintah ingin mengatasi "penyakit masyarakat". Ia pribadi berpendapat bahwa anak-anak -- terlebih mereka yang masih di bawah umur -- tak boleh terlalu sering atau bahkan tak boleh sama sekali menatap layar ponsel sebelum usia tujuh tahun.
Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan oleh Center for Economic Performance di London School of Economics menemukan, pelarangan penggunaan ponsel di sekolah memicu siswa lebih aktif dan produktif. Nilai ujian mereka pun 7 persen lebih tinggi ketimbang sebelumnya.
Namun, jumlah anak-anak yang memiliki ponsel telah meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut sebuah studi tahun 2015 dari French Research Institute for the Monitoring of Living Standards, 8 dari 10 remaja di Prancis telah menggenggam sebuah smartphone. Adapun pada 2011, hanya ada 2 dari 10 remaja yang pakai ponsel pintar itu.
Advertisement
Masalah Logistik
Serikat Guru Prancis, Snes, mengungkapkan jumlah penggunaan telepon seluler di sekolah merupakan sebuah permasalahan mendalam.
Akan tetapi, mengenai pelaksanaan undang-undang yang diusulkan itu, mereka mengambil sikap skeptis dengan alasan masalah logistik.
"Bisakah Anda membayangkan pengawas sekolah harus memeriksa kantong 400 siswa setiap pagi?" kata Valérie Sipahimalani, juru bicara Snes, dalam sebuah wawancara dengan radio France Info.
Dia yakin tindakan tersebut tak mungkin dilakukan 100 persen oleh pengawas sekolah.
Di sisi lain, berbicara kepada majalah Prancis l'Express awal tahun ini, Menteri Pendidikan menyarankan agar setiap sekolah memasang loker khusus untuk menyimpan ponsel murid-murid.
Akan tetapi, Sipahimalani menyanggahnya.
"Banyak sekolah yang berada di pusat kota tidak memiliki ruang untuk memasang loker," tegasnya.
Meski demikian, Blanquer optimistis pemerintah bisa menangani kepentingan masyarakat itu.
"Bersama dengan kepala sekolah, guru, dan orang tua murid, kita akan menemukan cara untuk melindungi anak-anak dari bahaya ponsel," katanya.