Sukses

Menlu AS: Kedutaan Tak Mungkin Pindah ke Yerusalem pada 2020

Rex Tillerson mengatakan, pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem tak mungkin terlaksana dalam tiga tahun.

Liputan6.com, Washington - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Wayne Tillerson menegaskan, tak mungkin Kedutaan Besar AS di Tel Aviv dipindahkan ke Yerusalem sebelum 2020.

"Pemindahan kedutaan tak mungkin dilakukan dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan pun tak mungkin kurang dari tiga tahun, jangan ambisius," katanya, dikutip dari New York Times, Kamis (14/12/2017).

Tillerson membahas masa depan Kedubes AS di Tel Aviv dalam sebuah pidato di Departemen Luar Negeri. Ia berpendapat bahwa pemindahan kedutaan akan memakan waktu beberapa tahun.

"Pemindahan kedutaan tak mungkin terjadi pada tahun ini atau mungkin tahun depan, tapi Presiden (Donald Trump) memang menginginkan kita bergerak cepat dan konkret," ucapnya.

Memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem, menurut Tillerson, AS harus mendapatkan kedudukan terlebih dahulu, mengembangkan rencana secara matang, menerima otorisasi Kongres soal biaya, dan barulah bisa membangun kedutaan sebenarnya.

Departemen Luar Negeri AS menambahkan, pihaknya tak berencana untuk mengubah beberapa kebijakan lama mengenai Yerusalem, yang dibuat dengan hati-hati agar tidak menyinggung satu pihak atau pihak lainnya.

Mereka menambahkan bahwa mereka tidak akan merevisi kebijakan yang diputuskan oleh Mahkamah Agung pada tahun 2015.

2 dari 2 halaman

Menlu dan Menhan AS Menentang Rencana Trump soal Yerusalem

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan AS James Mattis dilaporkan sama-sama menentang keputusan Presiden Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Alasannya karena masalah keamanan.

Mattis dan Tillerson telah sama-sama bertatap muka dengan Presiden mereka. Keduanya menyampaikan kepada Donald Trump bahwa memindahkan kedubes ke Yerusalem akan membahayakan diplomat dan tentara AS yang ditempatkan di Timur Tengah.

Tillerson, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah keputusan Donald Trump tersebut, mengatakan, keselamatan warga AS adalah prioritas tertinggi Departemen Luar Negeri (Deplu).

Sebelum Donald Trump mendeklarasikan keputusannya mengenai Yerusalem, pihaknya langsung mengambil 'ancang-ancang'. Ia mengaku, Deplu AS telah menerapkan rencana keamanan terkuat untuk melindungi keselamatan penduduk AS di wilayah yang terkena dampak.

Ia menambahkan, Deplu AS telah berkonsultasi dengan teman, mitra, dan sekutu sebelum Donald Trump mengumumkan keputusannya.

Juru bicara Deplu AS Heather Nauert mengatakan, Tillerson ingin menegaskan posisinya sebagai Menlu kepada Gedung Putih. Untuk itulah, saat mendengar bahwa Donald Trump akan memindahkan kedubes ke Yerusalem, ia harus turun tangan.