Liputan6.com, Manila - Badai Kai-tak yang telah berlangsung sejak akhir pekan membuat sejumlah titik di Pulau Biliran, timur Filipina mengalami banjir dan tanah longsor. Menurut pejabat setempat, 26 orang tewas dan 23 lainnya hilang.
Badai Kai-tak atau orang lokal menyebutnya Urduja telah menerjang kawasan semenjak Sabtu 16 Desember. Hujan deras, angin kencang diikuti dengan banjir bandang menerpa daerah itu.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari BBC pada Senin (18/12/2017), sekitar 88 ribu orang dipaksa meninggalkan rumah sebelum badai menerjang.
Badai juga mengganggu layanan feri, menyebabkan lebih dari 15.000 penumpang terdampar. Banyak dari mereka mencoba mencapai rumah untuk liburan Natal.
Namun, Badai Kai-tak Filipina melemah pada hari Minggu dan diturunkan ke level hujan tropis.
"Batu-batu sebesar mobil jatuh ke rumah-rumah beton setelah hujan lebat selama tiga hari di distrik pegunungan Lucsoon," kata Kepala Inspektur Lilibeth Morillo kepada kantor berita Prancis, AFP.
Sofronio Dacillo, pejabat manajemen bencana Provinsi Biliran, Filipina, mengatakan kepada kantor berita itu bahwa 26 korban tewas berasal dari empat kota.
Sebuah operasi penyelamatan sedang dilakukan untuk menemukan korban yang selamat dari hantaman Badai Kai-tak Filipina.
Tanpa Listrik
Laporan media lokal mengatakan seluruh provinsi sekarang tanpa listrik dan sebagian besar wilayah tersebut telah mengurangi pasokan air.
Jembatan penyeberangan ke pulau itu telah rusak, sehingga menyulitkan para tim penyelamat tiba.
Badai juga menghantam wilayah yang lebih luas pada hari Sabtu, termasuk pulau-pulau tetangga Samar dan Leyte, merusak infrastruktur dan menurunkan jalur listrik.
Wilayah ini masih belum pulih dari Badai Haiyan pada tahun 2013, yang menewaskan lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan jutaan orang terkena dampaknya.
Advertisement