Sukses

Ramalan Eks Jenderal China: Perang Korea Berkobar Maret 2018

Sang jenderal juga memperingatkan bahwa risiko kontaminasi nuklir dan gempa akan menimpa China jika perang di Semenanjung Korea pecah.

Liputan6.com, Beijing - Seorang mantan jenderal China baru-baru ini memperingatkan bahwa perang di Semenanjung Korea bisa meletus dalam waktu dekat. Hal ini terjadi karena tensi di kawasan, terkait dengan program nuklir Korea Utara, belum ada tanda-tanda mereda.

Oleh sebab itu, Letnan Jenderal Purnawirawan Wang Hongguang meminta negaranya untuk mengerahkan pertahanan untuk mengantisipasi konflik di perbatasan. 

"Perang di Semenanjung Korea bisa pecah kapan saja mulai dari sekarang hingga Maret 2018," kata Wang dalam forum tahunan yang digelar koran Global Times, seperti dikutip dari Independent pada Kamis (21/12/2017).

"China secara psikologis harus bersiap atas potensi perang Korea, dan Tiongkok harus mengerahkan pasukan ke kawasan timur laut," lanjutnya.

"Mobilisasi seperti itu bukan bertujuan perang, tapi untuk kepentingan pertahanan," tegasnya lagi.

Sementara itu, Song Zhongping, ahli militer China, mengatakan, mobilisasi pasukan termasuk mengerahkan senjata antimisil di sepanjang perbatasan mampu melindungi China jika perang pecah. Song juga menambahkan, bantuan kemanusiaan wajib dipersiapkan untuk menyambut arus pengungsi dari Korea Utara.

Mantan Jenderal Wang juga memperingatkan bahwa risiko kontaminasi nuklir dan gempa artifisial akan menimpa China jika perang di Semenanjung Korea sampai pecah.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan pekan lalu mengeluarkan sebuah permohonan, mendesak tentang ancaman dari Pyongyang, memperingatkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Korea Utara "dalam tahap akhir pengembangan persenjataan nuklir".

Cho Hyun memperingatkan, "Ini pada dasarnya akan mengubah lanskap keamanan di wilayah ini dan sekitarnya jika Kim Jong-un mampu memenuhi ambisinya untuk melengkapi rudal dengan hulu ledak nuklir."

Korea Utara telah mengguncang dunia dengan serangkaian uji coba senjata dalam beberapa bulan terakhir. Rezim Kim Jong-un diduga berhasil meledakkan bom hidrogen dan meluncurkan beberapa rudal balistik.

Setelah peluncuran rudal terakhir, Pyongyang mengklaim memiliki kemampuan untuk menyerang daratan AS dan telah merancang sebuah rudal yang mampu membawa "hulu ledak (warhead) nuklir super".

Menlu AS Rex Tillerson minggu ini beringsut menjauh dari opsi bernegosiasi dengan Korea Utara, yang telah menolak tekanan internasional untuk menghentikan program nuklirnya.

Menteri Luar Negeri AS itu mengatakan bahwa perundingan tidak dapat dimulai sampai Pyongyang menghentikan rencana perangnya.

 

2 dari 2 halaman

China Bangun Kamp Pengungsi, Siaga Perang?

Sebelumnya, China dilaporkan secara diam-diam membangun jaringan kamp atau kemah pengungsian di sepanjang 1.416 kilometer perbatasannya dengan Korea Utara. Upaya ini disebut sebagai persiapan eksodus massal jika sewaktu-waktu konflik meletus.

Rencana pembangunan kamp ini pertama kali dilaporkan oleh Financial Times pekan lalu setelah muncul dalam sebuah dokumen internal raksasa telekomunikasi negara yang bocor.

Seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (12/12/2017), dokumen milik China Mobile yang beredar di dunia maya sejak pekan lalu mengungkapkan rencana setidaknya tentang lima kamp pengungsi di Provinsi Jilin.

Dokumen yang tidak dapat diverifikasi secara independen tersebut mengungkapkan, "Karena ketegangan lintas batas ... komite partai (pemerintah Komunis) dan pemerintah daerah Changbai telah mengusulkan untuk mendirikan lima kamp pengungsi di county ini."

Tiga dari lima fasilitas itu adalah Changbai riverside, Changbai Shibalidaogou, dan Changbai Jiguanlizi. The New York Times melaporkan, dua kamp untuk menampung pengungsi Korea Utara rencananya juga didirikan di Kota Tumen dan Hunchun.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China menolak mengonfirmasi keberadaan kamp-kamp tersebut, tapi di lain sisi ia tidak menyangkal tengah terjadi pembangunan. "Saya belum mendapat laporan terkait hal tersebut," kata Lu Kang di hadapan awak media dalam sebuah konferensi pers pada Senin waktu setempat.

Dokumen yang bocor memuat nama dan nomor telepon seorang karyawan China Mobile. Ketika dihubungi, pemilik nomor tersebut tak menjawab.

Video Terkini