Liputan6.com, Singapura - Seorang model cantik freelance berusia 28 tahun asal Singapura mengalami mati rasa di separuh badannya dan merasakan pusing saat tengah berkaraoke dengan teman-temannya. Peristiwa itu terjadi pada 12 Desember 2017.
Model tersebut, Karen Stella Wong, kemudian dibawa ke Singapore General Hospital (SGH). Tak lama kemudian, ia mengalami koma. Tiga hari kemudian, ia dinyatakan meninggal dunia.
Ayanya, Laurence Wong, mengatakan bahwa kematiannya disebabkan perdarahan intraserebral akut.
Advertisement
Dikutip dari Asia One, Rabu (26/12/2017), model cantik yang bekerja sebagai konsultan pemasaran di perusahaan telekomunikasi Singtel itu tak meninggal karena bernyanyi terlalu nyaring, seperti yang sebelumnya dilaporkan oleh surat kabar China.
Baca Juga
Laurence mengatakan, anaknya tak memiliki riwayat sakit apa pun. Saat kejadian, model cantik itu hanya pergi untuk bernyanyi dengan teman-temannya.
"Keluarga saya tak memiliki riwayat perdarahan intraserebral akut. Sesekali dia hanya merasakan sakit kepala seperti orang-orang pada umumnya," ujar pria berusia 60 tahun itu.
"Dokter SGH mengatakan, sakit kepala seperti itu bisa menjadi gejala. Namun, dokter tak akan menyuruh seseorang dengan sakit kepala biasa untuk dipindai," ucap dia.
Organ Karen Didonorkan
Laurence mengatakan bahwa ia terkejut bahwa anaknya harus mendonorkan organnya.
Hal itu didasarkan pada Undang-Undang Tranplantasi Organ Manusia, yang menyebut bahwa seluruh warga Singapura dan penduduk tetap yang berusia di atas 21 tahun harus mendonorkan organnya saat mereka meninggal di rumah sakit.
Di bawah UU tersebut, organ yang dapat didonorkan adalah ginjal, jantung, hati, dan kornea, dengan catatan organ mereka cocok untuk transplantasi dan ada penerima yang sesuai.
Awalnya, Laurence ragu dengan gagasan itu. Namun, ia dan istrinya akhirnya menyumbangkan kedua ginjal dan hati.
"Saya mendengar mereka berhasil melakukan transplantasi pada tiga pasien dan saya merasa ini adalah sebuah berkah yang setidaknya bisa menyelamatkan tiga orang," kata Laurence.
Advertisement
Dekat dengan Ibunya
Karen dikremasi pada 20 Desember 2017. Perempuan yang merupakan anak tunggal itu sangat dekat dengan ibunya.
"Kekhawatiran utama saya sekarang adalah istri saya. Mereka seperti kakak adik, bagaimana dia bisa mengatasinya? Saya mengizinkannya tinggal di rumah keluarga untuk sementara waktu," ujar Laurence.
"Ini sangat sulit bagi saya, saya menangis selama dua hari. Tak peduli apa pun, saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya harus kuat demi istri dan ibu saya. Ibu saya belum tahu. Ibu saya tidak membaca koran," ucap dia.
Laurence mengatakan, putrinya merupakan sosok perempuan ceria yang suka bercanda.
"Ia jarang menyusahkan saya," kata Laurence.
"Saya baru ingat saat terakhir kali dia meninggalkan rumah. Dia berkata, 'Ayah, aku pergi dulu ya', dan ia masih bercanda dengan pelayan dan ibu saya," imbuh dia.