Liputan6.com, St Petersburg - Setidaknya 10 orang terluka akibat ledakan yang terjadi di sebuah supermarket di St Petersburg, Rusia, pada 27 Desember 2017.
Komite penyelidikan Rusia mengatakan, sebuah alat yang berisi 200 gram bahan peledak meledak di tempat penyimpanan tas pelanggan. Mereka menyebut, perangkat itu telah dicampur dengan pecahan peluru sehingga menimbulkan banyak korban luka.
Dikutip dari The Guardian, Kamis (28/12/2017), hingga saat ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di supermarket Perekrestok tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Juru bicara Gubernur St Petersburg, Andrey Kibitov, melalui Twitter menulis bahwa korban luka berada dalam kondisi baik dan salah satunya telah dipulangkan dari rumah sakit.
Sementara itu, sejumlah pejabat tak menyebut bahwa peristiwa itu adalah serangan teror, Komite Anti-Terorisme Rusia mengatakan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi untuk pencarian tersangka.
Keterangan Warga
Seorang perempuan yang melewati supermarket sesaat setelah ledakan terjadi, Viktoria Gordeyeva, mengatakan bahwa orang-orang enggan masuk ke toko lain di daerah tersebut usai kejadian.
"Tidak ada kepanikan, tapi orang tidak masuk ke toko obat dan toko kelontong di dekatnya," ujar Gordeyeva.
Warga lainnya, Marina Bulanova, mendengar ledakan tersebut dan bergegas untuk melihat apakah ia dapat membantu para korban luka.
Perempuan yang berprofesi sebagai dokter itu mengatakan, paramedis telah membawa korban ke rumah sakit saat ia tiba di sana.
Advertisement
Teror di Rusia
Bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengucapkan terima kasih atas informasi dari CIA yang membantu menggagalkan serangkaian pengeboman di St Petersburg.
Tujuh tersangka yang terkait dengan ISIS ditangkap sehubungan dengan dugaan rencana tersebut. Kremlin mengatakan, tersangka telah merencanakan untuk membom Kazan Cathedral dan sejumlah tempat keramaian lainnya.
Pada April lalu, sebuah bom bunuh diri di kereta bawah tanah St Peterburg menewaskan 16 orang dan melukai 50 lainnya.
Pihak berwenang Rusia mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri itu sebagai Akbardzhon Dzhalilov, pria berusia 22 tahun kelahiran Kyrgyztan yang memiliki kewarganegaraan Rusia.