Sukses

7 Bulan Hanyut hingga ke Perairan Indonesia, Pelaut Ini Selamat

Pelaut Polandia itu mengklaim hanyut ke perairan Somalia, lalu ke Maladewa dan ke Indonesia.

Liputan6.com, Reunion Island - Seorang pelaut asal Polandia terombang-ambing di Samudera Hindia -- termasuk ke perairan Indonesia -- selama tujuh bulan. Dengan kapalnya yang rusak, ia ditemani seekor kucing hingga akhirnya penjaga pantai Prancis menyelamatkanya.

Pelaut bernama Zbigniew Reket itu mengatakan, ia dan kucingnya bisa selamat setelah hanyut tujuh bulan dengan makan sup instan tiap hari yang ia harus irit-irit. Selain itu, keduanya bisa bertahan hidup dengan air hujan dan sesekali memancing.

Pelaut berusia 54 tahun itu berhasil diselamatkan di dekat Pulau Reunion pada Hari Natal. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail pada Kamis (28/12/2017).

Reket mengatakan, ia memulai perjalanan pada Bulan Mei, menuju Pulau Comoro di Mozambik menuju Afrika Selatan. Namun, karena mesin rusak dan tak memiliki alat komunikasi, ia mengaku hanyut hingga ke perairan Indonesia. Penyelidik tengah merangkai rencana perjalanan dan ceritanya yang menurut mereka tidak mungkin diverifikasi.

Perjalanan sang pelaut itu mencapai lebih dari 2.000 kilometer (1.200 mil) dan itu membuatnya harus berlayar melalui Selat Mozambik, rute pelayaran yang sibuk dengan arus kuat.

Kapal pelaut Reket adalah sekoci modifikasi yang berasal dari kapal pesiar.

Namun, rupanya kapal Reket tertiup angin menjauh dari tujuan sebelumnya, yakni Afrika Selatan dan kemudian terbawa ombak hingga dekat Pulau Reunion Prancis. Reket kemudian ditemukan oleh seorang awak kapal pesiar.

Pelaut itu mengatakan, instrumen di kapalnya rusak gara-gara diterjang ombak. Dengan demikian, dia tak bisa berkomunikasi.

"Kami hanyut ke perairan Somalia, lalu ke Maladewa dan ke Indonesia," klaim Reket.

"Berkali-kali aku bisa melihat daratan, tapi aku tak bisa mencapainya. Aku beberapa kali bisa melihat kapal, namun baterai radioku mati," ujar pelaut itu. 

2 dari 4 halaman

Baru Jadi Pelaut dari Tahun 2014

Reket mengaku baru memulai petualangan di laut, yakni tahun 2014. Kala itu, ia tengah bepergian ke India dari rumahnya di AS. Dia lalu membeli kapal agar bisa kembali ke Polandia lewat laut.

Setelah menghabiskan waktu untuk memodifikasi, kapal tersebut mogok segera setelah meninggalkan pelabuhan karena ada masalah dengan tiangnya.

Pelaut tersebut mengatakan bahwa ia terapung berhari-hari di Samudera Hindia sebelum terdampar ke dekat Pulau Comoros.

Penyelamatnya mengatakan bahwa dia kurang gizi namun dalam keadaan sehat.

Usai selamat, pelaut itu dibantu oleh sebuah lembaga amal lokal untuk baju dan makanan. Sementara, pihak berwenang memeriksa ceritanya, yang menurut media setempat tampaknya tak masuk akal.

Reket dilaporkan mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan tinggal di Reunion, yang sebagai warga negara Uni Eropa, ia berhak untuk tinggal di situ.

"Saya ingin memiliki kehidupan normal, mencari pekerjaan, dan mengapa tidak tinggal di sini?" pintanya.

3 dari 4 halaman

5 Bulan Terombang-ambing di Laut, 2 Wanita Ini Berhasil Ditemukan

Kisah pelaut hanyut di lautan bukan sekali dua kali terjadi. Baru-baru ini, dua pelaut wanita yang berasal dari Honolulu beserta dua anjing mereka berhasil ditemukan dan diselamatkan setelah terombang-ambing di laut selama lima bulan.

Pihak Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) menyelamatkan Jennifer Appel dan Tasha Fuiaba pada Rabu, 25 Oktober 2017 setelah sebuah kapal nelayan Taiwan melihatnya di 1.700 kilometer arah tenggara Jepang, jauh dari rencana lintasan.

Dikutip dari The Guardian, Sabtu 28 Oktober 2017 lalu, kapal nelayan itu kemudian menghubungi penjaga pantai AS. Kapal perang USS Ashland tiba sehari setelah mendapat laporan. Demikian menurut pernyataan AL yang terbit pada 26 Oktober 2017 lalu.

"Mereka menyelamatkan nyawa kami. Kami bangga dan tersenyum ketika melihat (AL AS) ada di kejauhan, sungguh lega," ujar Appel dalam pernyataan yang sama.

Mereka menjelaskan kepada pihak AL bahwa mereka bertahan hidup karena memiliki alat pemurni air dan pasokan makanan kering dalam jumlah besar, kebanyakan oatmeal dan pasta.

Dua wanita itu lalu mendapatkan pemeriksaan medis, makanan, dan ranjang di kapal hingga kembali ke daratan, demikian menurut pihak AL.

Komandan Steven Wasson, pimpinan USS Ashland, mengatakan, "AL AS wajib menolong pelaut yang sedang kesusahan dari kebangsaan mana pun dan dalam situasi apa pun."

 

4 dari 4 halaman

Kerusakan Beruntun

Perahu yang dipakai Jennifer Appel dan Tasha Fuiaba mengalami kerusakan mesin dalam cuaca buruk pada Mei lalu. Namun, mereka mengira masih bisa melanjutkan ke tujuan akhir, Tahiti, dengan menggunakan layar.

Ternyata, tiang layar pun rusak dan mereka terombang-ambing di samudra luas.

Dua bulan dalam pelayaran, jauh melewati jadwal mereka tiba di Tahiti, dua pelaut itu mulai menyiarkan panggilan darurat. Akan tetapi, tidak ada perahu yang berdekatan dan mereka terlalu jauh di tengah laut sehingga sinyal radio tidak sampai ke daratan.

Appel mengaku, mereka mengirim siaran darurat selama 98 hari sesudahnya, tapi tidak mendapat tanggapan.

"Sungguh mencemaskan dan membuat putus asa, tapi hanya itulah yang bisa dilakukan jadi kami melakukan yang bisa dilakukan," ujar Appel.

Pada suatu malam, ada sekelompok hiu yang menyerang kapal mereka. Seekor hiu pun kembali keesokan harinya.

"Kami beruntung karena geladak buritan kapal cukup kuat untuk bertahan."

Ketika ditanya apakah pernah terpikir tidak akan selamat, ia mengatakan, mereka bukan manusia kalau tidak terpikir begitu. Ia juga memuji dua anjing yang menjaga terus semangat mereka.

Video Terkini