Liputan6.com, Moskow - Media Rusia, Interfax, melaporkan seorang tersangka dalam pengeboman Saint Petersburg yang terjadi pada Rabu lalu, ditangkap pada Sabtu 30 Desember 2017.
Interfax mengatakan "otak dan pelaku langsung serangan bom rakitan pada 27 Desember di pasar swalayan di St. Petersburg ditangkap dalam operasi khusus oleh FSB," ujar dinas keamanan Rusia.
Baca Juga
Laporan itu menyebutkan tersangka diserahkan ke Komisi Penyidik Rusia untuk tindakan lebih lanjut. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Senin (1/1/2018).
Advertisement
Serangan bom rakitan itu melukai sedikitnya 13 orang. Kelompok militan ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan itu, ujar kelompok intelijen SITE, yang memantau pernyataan ISIS.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis 28 Desember lalu mengatakan serangan itu merupakan tindakan terorisme.
Putin menyatakan itu di Kremlin dalam upacara penghargaan bagi tentara Rusia yang bertugas di Suriah. Ia tidak merinci lebih lanjut.
Penyidik awalnya menganggap kasus itu tindakan percobaan pembunuhan. Pejabat kesehatan mengatakan tidak ada korban yang kritis.
Ledakan di pasar Saint Petersburg tersebut terjadi sekitar pukul 18.45 waktu setempat saat orang-orang bersiap untuk merayakan Tahun Baru -- hari libur penting negara itu -- diikuti oleh Natal Ortodoks Rusia, yang jatuh pada tanggal 7 Januari.
Pejabat mengatakan bom tersebut memiliki kekuatan setara dengan 200 gram TNT.
Rekaman yang diposting daring oleh media lokal menunjukkan, seorang pria yang mengenakan jaket berkerudung, masuk ke supermarket dengan membawa ransel. Tak berapa lama kemudian, ia pergi dari lokasi perbelanjaan itu.
Saint Petersburg, Rusia adalah rumah bagi puluhan ribu migran yang kebanyakan berasal dari Asia Tengah.
Saint Petersburg Rentan Terorisme?
Juru bicara Putin, Dmitri Peskov menolak kekhawatiran bahwa Saint Petersburg rentan menghadapi serangan teror.
"Terorisme menghadirkan bahaya ke wilayah berpenduduk padat di dunia," katanya kepada wartawan.
Dia menambahkan bahwa Putin berniat untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai Presiden Rusia hingga tahun 2024 dalam pemilihan presiden bulan Maret mendatang. Memerangi terorisme akan menjadi prioritasnya. "Pertarungan terus berlanjut," tambahnya.
Pada bulan April, sebuah bom bunuh diri menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya di metro Saint Petersburg.
Pemboman tersebut diklaim oleh sebuah kelompok yang terkait dengan Al Qaeda. Mereka mengatakan, serangan tersebut dilakukan untuk negara-negara yang terlibat perang dengan umat Islam -- yang diduga kuat merujuk pada kampanye militer Rusia di Suriah.
Awal bulan ini FSB mengatakan telah menahan beberapa anggota ISIS yang telah merencanakan untuk meledakkan Katedral Kazan, salah satu landmark paling terkenal di Saint Petersburg.
Pihak berwenang telah menyita sejumlah besar bahan peledak yang digunakan untuk membuat bom rakitan, juga senapan otomatis, amunisi, dan literatur ekstremis.
Kepala FSB Alexander Bortnikov mengatakan, Rusia tetap siaga untuk kemungkinan kembalinya militan dari Suriah menjelang Piala Dunia dan pemilihan presiden bulan Maret.
Awal bulan ini Bortnikov mengatakan bahwa setidaknya 4.500 orang Rusia telah meninggalkan negara tersebut untuk bergabung dengan "teroris" di Timur Tengah, Afrika Utara dan wilayah lainnya.
Advertisement