Liputan6.com, Seoul - Miris. Sepertinya rezim Korea Utara memang amat keras. Bahkan untuk urusan militer. Gambaran tersebut terlihat jelas melalui foto-foto dan video yang dipublikasikan oleh Daily NK.
Foto dan video itu menunjukkan tentara-tentara Korea Utara sedang menjarah jagung warga. Mereka diberi waktu berbulan-bulan oleh rezim untuk bertahan hidup di tengah kelaparan yang melanda Korea Utara.
Baca Juga
Sebuah sumber dari provinsi Ryanggang utara mengatakan bahwa pemimpin mereka menyuruh pasukannya untuk mencari pasokan kalori selama tiga bulan. Bahkan penduduk mengaku prihatin melihat aksi para tentara itu. Mereka hanya bisa diam tak berkutik.
Advertisement
"Komandan mereka tahu bahwa ia harus memberi makan pasukannya demi mempertahankan moral, sedangkan jagung memiliki sedikit kalori dan hanya menyisakan kekecewaan di antara mereka," ungkap sumber tak mau disebutkan namanya, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (2/1/2018).
Korea Utara kini sedang dilanda kegagalan panen, kekeringan dan sanksi internasional. Tiga hal ini membuat pemerintah mengurangi jatah makanan.
"Meskipun harga beras tidak banyak berubah di pasar, orang-orang sangat khawatir akan dampak sanksi internasional. Bisa saja sanksi tersebut justru menambah lebih banyak masalah di negara kami," imbuhnya.
Dalam dua bulan terakhir, dua tentara Korea Utara telah membelot ke Korea Selatan. Salah satu dari mereka yang melintasi perbatasan ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Di perutnya ditemukan sejumlah cacing parasit, satu ekor di antaranya berukuran sepanjang 11 inci.
Pada bulan Agustus tahun lalu dilaporkan bahwa Pyongyang telah mengizinkan tentaranya untuk pergi keluar markas dan mencuri hasil panen warga sipil.
Menurut sumber di provinsi Ryanggang, Pyongyang kerap membanggakan kekuatan militernya. Tapi faktanya, masih banyak tentara Korea Utara yang hidup dengan jatah makanan sedikit. Mereka sampai terpaksa membawa karung jagung mentah untuk dijual ke pasar.
"Banyak tentara muda yang kelaparan keluar dari markas, mereka bertekad untuk mencuri makanan warga. Bahkan perwira militer pun mendorong praktik penjarahan ata pencurian tersebut," kata seorang sumber dari provinsi Hamgyong Utara.
"Petugas militer menginstruksikan tentara mereka, yang kelelahan setelah berlatih, untuk makan jagung di ladang warga karena perang sudah semakin dekat. Mereka bahkan mengancam tentara mereka dengan mengatakan, 'Jika Anda kekurangan gizi, meskipun diberi izin untuk makan jagung, Anda akan menghadapi kesulitan," imbuhnya.
Simak videonya berikut ini:
Tentara Korea Utara Kembali Membelot ke Korea Selatan
Seorang tentara Korea Utara sebelumnya membelot ke Korea Selatan dengan melintasi perbatasan yang dijaga ketat oleh militer kedua negara.
Pembelot itu diketahui berasal dari pos penjagaan di bagian barat zona demiliterisasi (DMZ) sisi Korea Utara yang memiliki panjang sekitar 4 km. Demikian ungkap media Korea Selatan, Yonhap, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (21/12/2017).
Mengetahui ada salah satu personelnya yang melarikan diri, sejumlah tentara Korea Utara dilaporkan sempat melakukan operasi pencarian di sekitar lokasi kejadian.
Selama proses pencarian, tak ada suara letusan senjata yang terdengar dari perbatasan sisi Korea Utara.
Namun di sisi lain, militer Korea Selatan yang berada dekat dengan lokasi pencarian, melepaskan sekitar 20 tembakan peringatan kepada para tentara Korut yang tengah memburu sang pembelot.
Yonhap menulis, para serdadu Korut gagal menemukan rekannya yang membelot. Karena pada saat kejadian, kabut tebal menyelimuti area DMZ.
Beberapa saat kemudian, tentara pembelot Korea Utara itu -- yang diketahui berpangkat tamtama -- sudah berhasil menyeberang ke Korea Selatan. Ia kemudian diamankan oleh aparat Negeri Ginseng untuk diperiksa.
Pembelotan teranyar itu terjadi beberapa pekan setelah tentara Korea Utara lainnya, Oh Cheong-seong berhasil menyeberang ke Korea Selatan pada 13 November 2017.
Oh Cheong-seong selamat dari hujan peluru yang ditembakkan oleh kompatriotnya sepanjang proses pembelotan itu.
Awalnya, Oh Cheong-song kabur dari pos penjagaannya di Joint Security Area di Panmugak, teritori DMZ Korea Utara untuk menuju Freedom House di Panmujom, Korea Selatan, dengan menggunakan sebuah mobil jip.
Jip itu melintas di sebuah pos penjagaan tentara Korut dan memancing perhatian sejumlah tentara yang ada di dalamnya. Mereka akhirnya mulai membuntuti jip tersebut.
Beberapa saat kemudian, di dekat monumen Kim Il-sung, korban berhenti di balik pepohonan, keluar dari mobil jip tersebut dan lanjut berlari.
Saat paling dramatis terjadi ketika beberapa tentara Korea Utara yang mengikutinya mulai melepas tembakan. Salah satu di antara mereka bahkan merangkak agar dapat membidik secara lebih akurat.
Tak lama, korban terlihat terpincang-pincang saat mulai mendekati DMZ. Beberapa langkah di belakang sang serdadu muda, tampak sejumlah rekan militer Korea Utara mulai mendekat.
Korban kemudian jatuh tergeletak di antara tumpukan dedaunan hingga tentara AS dan Korsel harus merangkak ke sana untuk menyelamatkannya. Yang bersangkutan lantas dilarikan ke rumah sakit di Suwon, Korea Selatan menggunakan helikopter PBB untuk mendapatkan perawatan medis.
Menurut The Times, "Rekan-rekan korban menembakinya dengan lebih dari sekitar 40 butir peluru sebagai upaya untuk menghentikan kepergiannya yang putus asa (dari Korut ke Korsel) lewat akses di Panmunjom yang masih terbebas dari kawat berduri dan ranjau darat."
Ia menjalani beberapa operasi untuk mengobati luka-lukanya serta menghilangkan cacing parasit yang diyakini dokter disebabkan oleh gizi buruk di antara para tentara Korea Utara.
Akhir pekan lalu, kondisi Oh Cheong-seong telah stabil dan dipindahkan ke sebuah rumah sakit militer dekat Seoul untuk melanjutkan pemulihannya.
Badan Intelijen Korea Selatan juga segera menjadwalkan proses interogasi untuk urusan keamanan terhadap Oh Cheong-seong, jika kondisinya telah pulih.
Korea Selatan telah mengubah kisah pengalaman pembelotan Oh Cheong-seong menjadi sebuah senjata propaganda. Kisahnya diceritakan berulang kali melalui pengeras suara ke arah perbatasan sisi Korea Utara.
Pejabat militer Korea Selatan mengatakan 15 warga Korea Utara, termasuk empat tentara, telah meninggalkan negara itu sepanjang tahun 2017. Mereka yang membelot ke Korsel, diketahui mendapat biaya akomodasi hidup selama satu tahun sebagai langkah awal untuk memulai hidup baru di Negeri Ginseng.
Advertisement