Liputan6.com, New York - Korea Selatan dan Korea Utara direncanakan akan melakukan dialog, usai Kim Jong-un meminta negaranya diikutsertakan dalam Olimpiade musim dingin di Pyeongchang, Korsel pada Februari 2018 mendatang.
Namun, rencana itu dipandang sebelah mata oleh Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley. Dia mengatakan, AS tak akan menganggap dialog itu serius jika Korea Utara tidak menghentikan program senjata nuklirnya.
Dikutip dari The Guardian pada Rabu (3/1/2017), sikap Haley itu dianggap bertolak belakang dengan Kementerian Luar Negeri AS terkait dialog Korea Utara- Selatan. Kemlu AS sebelumnya waspada dengan permintaan Kim Jong-nam untuk berdialog dengan Seoul.
Advertisement
Baca Juga
"Kami tidak akan menganggap dialog itu serius jika mereka tak melakukan seusatu untuk menghentikan program nuklir Korea Utara," kata Haley kepada wartawan di PBB.
"Kami menganggap ini sebagai rezim Korut itu ceroboh," kata utusan AS tersebut.
"Kami tidak berpikir kita membutuhkan Band-Aid, dan kami tidak berpikir kita perlu tersenyum dan berfoto. Kami pikir kita harus menghentikan senjata nuklir mereka, dan mereka harus menghentikannya sekarang," ucap Haley.
"Jadi Korea Utara dapat berbicara dengan siapa pun yang mereka inginkan namun AS tidak akan peduli atau mengakui mereka sampai mereka setuju untuk menghapus senjata nuklir yang mereka miliki," cetusnya.
Haley mengatakan bahwa ada laporan bahwa Korea Utara mungkin sedang mempersiapkan peluncuran uji rudal baru dalam beberapa hari mendatang.
Dia juga mengancam "tindakan yang lebih ketat" terhadap rezim tersebut jika Korea Utara nekat melakukan uji coba rudal lagi.
Ketidakjelasan Hubungan Diplomatik AS-Korut
Sejak menjabat hampir setahun yang lalu, pemerintah Trump menunjukkan sikap yang tak jelas dalam hal bagimana berdialog dengan Korea Utara.
Ada pertemuan sporadis antara para diplomat mengenai isu-isu individual seperti tahanan AS. Namun kabar lanjutan pertemuan antardiplomat kembali tak jelas usai uji coba nuklir keenam rezim tersebut pada bulan September.
Donald Trump sendiri terkadang mengeluarkan pernyataan yang berbeda terkait dialog dengan Korea Utara.
Pernah pada suatu waktu Trump mengatakaan dirinya terbuka untuk dialog dengan Korut. Namun, di beberapa kesempatan, miliarder nyentrik itu menganggap berbicara dengan Korut adalah hal sia-sia.
Bahkan, Trump pernah mencela Menlu Tillerson buang waktu untuk membujuk Korut berdialog.
Meski demikian, Menlu Tillerson bergeming. Pada bulan lalu, dia mengatakan AS siap kapan pun untuk berdialog dengan Korut.
"Kami siap mengadakan pertemuan kapan pun tanpa prasyarat," ucap Tilerson.
Namun, pernyataan Tillerson langsung dimentahkan Gedung Putih yang mengatakan, "Dialog dengan Pyongang akan dilakukan sampai mereka mengubah kelakuannya."
Tillerson kemudian sedikit meralat pernyataannya dengan mengatakan, "Rezim Korut harus mencari jalannya agar bisa berdialog."
Tahun 2017 berakhir. Tak ada tanda-tanda dialog AS-Korut terjadi.
Komentar terbaru Dubes Haley mengimplikasikan sikap AS di awal 2017 yang secara resmi mengatakan, rezim Pyongyang harus hentikan seluruh program senjata nuklirnya jika ingin berdialog dengan Washington.
Advertisement