Liputan6.com, Tehran - Massa pro pemerintah Iran dilaporkan menggelar demonstrasi tandingan di berbagai penjuru negara itu. Demikian menurut laporan berbagai televisi yang dikelola pemerintah Iran pada Rabu, 3 Januari 2018 waktu setempat.
Demo tandingan itu digelar beberapa hari menyusul aksi protes yang dilakukan oleh kelompok anti-pemerintah yang telah terjadi sejak Kamis, 28 Desember 2017.Â
Dalam berbagai tayangan TV pro pemerintah, sejumlah kelompok massa melambai-lambaikan bendera Iran dan menyerukan teriakan-teriakan yang mendukung Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Demikian seperti dikutip VOA Indonesia, Kamis (4/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Ali Khamenei sendiri menyalahkan sejumlah pemerintah negara lain atas munculnya sejumlah protes anti-pemerintah itu, yang dimulai pekan lalu dan sejauh ini telah mengakibatkan 21 orang tewas.
Dalam sebuah pernyataannya yang ditayangkan televisi, Khamenei mengatakan, "Beberapa hari belakangan ini, musuh-musuh Iran menggunakan uang, senjata, politik dan perangkat intelijen untuk menciptakan berbagai masalah di Iran."
Khamenei melanjutkan, dirinya akan berpidato guna merespons protes-protes tersebut pada saat yang tepat.
Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menuduh AS, Inggris dan Arab Saudi mendalangi aksi-aksi protes tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan beberapa cuitannya di Twitter yang mendukung mereka yang memprotes pemerintah Iran. "Rakyat Iran akhirnya bertindak menentang rezim Iran yang korup dan brutal," kata sebuah cuitannya, Selasa, 2 Januari 2018.
Makan Korban Nyawa
Demonstrasi anti-pemerintah Iran semakin memanas. Memasuki hari kelima, pada Senin malam, 1 Januari 2018, sejumlah peserta demo menyerang kantor polisi. Ini adalah unjuk rasa paling berani dalam menentang kepemimpinan negara itu semenjak kerusuhan yang pernah meletus pada 2009.
Video di media sosial menunjukkan bentrokan di pusat kota Qahderijan antara pasukan keamanan dan pemrotes yang mencoba menduduki kantor polisi. Sebagian bangunan itu telah terbakar.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang beberapa korban di antara para demonstran dalam insiden di Qahderijan.
Dikutip dari MSNnews pada Selasa, 2 Januari 2018, di Kota Kermanshah, peserta demo membakar sebuah pos polisi lalu lintas. Namun, menurut kantor berita Mehr, tak ada yang terluka dalam peristiwa itu.
Unjuk rasa anti-pemerintah Iran telah memasuki hari kelima. Pada Minggu 31 Desember 2017 lalu, 13 orang dilaporkan tewas dalam gelombang protes terbesar sejak 2009 -- kala warga Iran memprotes terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Para pengunjuk kali ini rasa memberikan tekanan paling keras bagi pemeritahan Iran yang dikuasai ulama semenjak Revolusi Islam tahun 1970.
Presiden Hassan Rouhani telah membuat pernyataan pada hari Minggu agar massa tenang.
"Warga Iran punya hak untuk mengkritik, namun jangan sampai menimbulkan keresahan seperti ini," kata Rouhani.
Di pusat Kota Najafabad, seorang demonstran menembak polisi dengan senjata berburu. Peristiwa itu menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya, demikian dilaporkan televisi negara.
Sebelumnya, televisi pemerintah Iran itu juga melaporkan para demonstran yang dipersenjatai mencoba merebut kantor polisi dan markas militer.
"Namun, usaha itu digagalkan oleh aparat keamanan," lapor televisi milik pemerintah Iran itu. Meski demikian, tak ada rincian lebih lanjut terkait itu. Juga, tak ada konfirmasi dari pihak independen.
Advertisement