Sukses

Guatemala Siap Bantu Negara yang Ikuti Jejak AS soal Yerusalem

Pemindahan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem dinilai sebagai keputusan berdaulat masing-masing negara.

Liputan6.com, Guatemala City - Guatemala telah menyatakan bahwa kantor kedutaan besar negaranya akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem. Presiden Jimmy Morales mengumumkannya pada 24 Desember 2017 malam waktu setempat.

Menteri Luar Negeri Guatemala Sandra Jovel berharap negara-negara lain -- yang abstain dan tak mendukung resolusi PBB -- akan mengikuti jejak tersebut.

Ia menegaskan, Guatemala siap membantu negara-negara yang membutuhkan bantuan terkait isu Yerusalem.

"Saya percaya bahwa ini (pemindahan kedutaan) adalah keputusan berdaulat yang dibuat oleh masing-masing negara berdasarkan posisinya. Kami bersedia mendukung mereka yang mengikuti jejak Guatemala," kata Jovel melalui sebuah wawancara telepon kepada The Times of Israel, Kamis (4/1/2018).

Guatemala menjadi negara Amerika Tengah pertama yang memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Negara Amerika Tengah yang akan merealisasikan rencana serupa, yakni Honduras.

Adapun, El Salvador menyatakan dengan tegas bahwa pemerintahannya tidak akan memindahkan kedutaan ke Yerusalem.

Jovel, yang telah menjadi Menlu Guatemala sejak Agustus 2017, mengaku bahwa pemindahan kedutaan telah dimulai. Namun begitu, pihaknya masih memerlukan banyak waktu sebelum akhirnya Kedutaan Guatemala benar-benar direlokasi.

"Kami tidak terburu-buru, tapi kami juga tidak mau terlalu lama. Kami harus melakukannya dengan tenang, mengingat pemindahan kedutaan menyertakan aspek administratif, politis dan logistik. Kami harus memastikannya selesai dengan baik dan pada waktu yang tepat," imbuhnya.

Sebenarnya Guatemala ingin menjadi negara pertama di dunia yang mengumumkan niatnya untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem, beber Jovel. Akan tetapi, hal itu urung dilakukan karena beberapa alasan.

"Guatemala berinisiatif untuk memindahkan kembali kedutaannya ke Yerusalem selama bertahun-tahun. Lahirnya keputusan itu didasarkan pada koherensi antara Guatemala dan Israel pada waktu lampau," paparnya.

"Tentu saja keputusan Presiden Donald Trump sedikit membantu, karena kami bisa melakukannya bersama, sebagai negara sekutu. Tapi keputusan kami adalah keputusan yang berdaulat berdasarkan hubungan luar negeri Guatemala dengan Israel," ia menambahkan.

2 dari 2 halaman

Fakta Hubungan Guatemala dengan Israel

Guatemala telah menjadi sahabat karib dan mitra Israel sebelum Israel lahir, yakni pada 1948.

Tujuh puluh tahun lalu, Duta Besar Guatemala untuk Israel, Dr Jorge Garcia Granados, memainkan peran penting dalam Resolusi Majelis Umum 181 (General Assembly Resolution 181).

Ia meyakinkan negara Amerika Latin untuk mendukung resolusi tersebut, yang menyerukan agar partisi Mandatory Palestine menjadi negara Yahudi dan Arab.

Guatemala adalah salah satu negara pertama yang mengakui kelahiran Israel, dan pada 1959 menjadi negara Amerika Latin pertama yang membuka misi diplomatik di Yerusalem.

Pada 1978 -- lebih dari satu dekade setelah Perang Enam Hari dan dua tahun sebelum Resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan kepada semua negara untuk memindahkan kedutaan mereka keluar dari Yerusalem -- misi Guatemala di sana ditutup dan dipindahkan ke Herzliya, pinggiran kota Tel Aviv.

Sebelumnya, pemerintah Guatemala berjanji untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem dalam beberapa tahun terakhir, namun gagal. Meski demikian, Presiden Morales dan pemerintahannya bersikeras untuk memindahkan kedutaan.

"Presiden Morales tetap kukuh memindahkan kedutaan Guatemala ke Yerusalem. Keputusan tersebut sejalan dengan kebijakan luar negeri diplomatik Guatemala yang telah berlangsung lama," ungkap Jovel.

Video Terkini